Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari
Jika tubuh manusia diibaratkan sebagai hardware (perangkat keras), maka otak adalah bagian tubuh manusia yang diisi software (perangkat lunak) manusia
Software ini ter-install dalam dua bagian otak:
Bagian otak yang berisi software yang terinstall secara alamiah (nature software), yakni:
-Software naluri bertahan hidup: makan, minum
-Software naluri pertahanan diri: lari atau lawan (reptile brain)
-Software naluri berkembang biak (reproduksi), dan lain-lain
Bagian otak manusia yang harus diisi software yang ter-install melalui perjalanan hidup manusia (nurture software), seiring tumbuh kembang manusia, yakni:
-Software tentang nilai-nilai (baik dan buruk) dalam kehidupan
-Pandangan hidup
-Moral
-Etika
dan seterusnya yang akan mereka dapatkan dari lingkungan sekitarnya
Semua anak manusia perlu software untuk membuat otak terus berpikir dan akhirnya mempengaruhi perilaku mereka.
Khusus software jenis kedua, jika bukan kita orangtua lingkungan pertama anak-anak yang meng-install-kan software itu pada anak-anak kita, maka, demi Allah akan ada pihak lain yang meng-install-kan software itu. Pihak lain itu bisa berupa pergaulan anak, internet, televisi, dan lain-lain.
Anak-anak yang begitu mudahnya terpengaruh pergaulan atau media, bukanlah semata-mata karena anak kita dilahirkan Allah rapuh dengan sendirinya, melainkan mereka tidak memiliki fondasi nilai-nilai hidup yang kuat ter-install dalam pikiran mereka.
Bagaikan sebuah pohon yang akarnya tidak menancap kuat ke dalam tanah, ketika lingkungan sekitarnya ditiup angin besar, mudah saja pohon ini terembus angin lingkungan.
Jika angin bertiup ke arah barat, maka pohon ini akan condong ke arah barat.
Jika anginnya berembus ke arah timur, maka pohon ini akan miring ke timur.
Jika yang sedang trend Korean style, maka itu yang akan diikuti anak.
Jika yang sedang trend pacaran, maka pacaran menjadi wajib; entah suatu saat nanti apakah anak-anak remaja di Indonesia juga akan seperti di negeri-negeri barat sana: ketika sudah memasuki usia dua digit, tidak melakukan hubungan seks seperti dianggap gagal dalam hidup.
Tak sedikit anak-anak yang waktu kecilnya lahir cantik, ganteng, lucu, menggemaskan, setelah beranjak remaja dan dewasa menjadi beban keluarga serta menjadi masalah bagi lingkungannya.
Ada apa ini? Apakah remaja-remaja bermasalah itu bermasalah dengan sendirinya? Tentu tidak, bukan?
Sudahkah kita meng-install-kan software yang tepat untuk anak kita?
Semoga kita bukan orangtua yang:
-Banyak alasan
untuk tidak berjuang mati-matian mengasuh dan mendidik anak-anak di rumah (QS. At-Tahrim:6)
-Enggan Belajar
Selalu merasa cukup dengan ilmu yang sudah didapatkan. Cepat merasa puas dengan apa yang sudah dilakukan, dan mudah menyalahkan pihak luar (orang lain/lingkungan) saat anak bermasalah. Padahal, problemnya ada di orangtua.
-Minim Skill
Karena kurang referensi dari pendidikan ala Nabi. Kurang membaca dan menggali siroh. (QS. Al-Hasyr:7)
Semoga, kita menjadi orangtua yang:
-Selalu melibatkan Allah dalam pengasuhan
karena segalanya dalam genggamannya
QS. Al-Fatihah: 5
QS. Al-Ikhlas: 2
-Mau terus belajar
Memantaskan diri menjadi orangtua shalih sebelum meminta anak shalih. Selalu mengupgrade diri, openminded
QS. Ar-Rad: 11
-Optimal dan Total
Berusaha mempersembahkan yang terbaik. Tidak apatis. Dan selalu positif dan penih semangat membayar hutang-hutang pengasuhan kita kepada anak-anak.