News

42 Kesalahan Mendidik Anak

Kelalaian dan kesalahan dalam pendidikan anak memiliki banyak gambaran dan fenomena yang mengarah kepada pemberontakan dan penyimpangan anak. Di antaranya adalah:

 

1. Mendidik Anak Menjadi Penakut dan Mudah Panik

 

Banyak orang tua mendidik anaknya dengan kebiasaan yang akan menyebabkannya bersikap pengecut, penakut, suka berkeluh-kesah, dan mudah panik.

 

Di antara fenomena yang terlihat dalam metode pendidikan kita adalah menakut-nakuti anak ketika menangis agar segera diam. Misalnya, anda menakut-nakutinya dengan raksasa, hantu, penjahat, setan, suara angin, dan sebagainya.

 

Yang paling fatal dalam masalah ini adalah menakut-nakuti mereka dengan guru, sekolah, atau dokter. Akibatnya, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang pengecut dan penakut. Yang gemetar bila melihat bayangannya sendiri, dan takut kepada sesuatu yang tidak semestinya ditakuti.

 

Ketakutan paling parah yang ditanamkan di dalam diri anak adalah bila kita membentaknya saat dia terjatuh hingga wajah tangan, atau lututnya berdarah. Anehnya, sang Ibu bukannya tersenyum untuk menenangkan si anak dari ketakutan, dan membuat dia merasa itu bukan masalah besar.

 

Kebiasaan Salah kaprah yang sering dilakukan adalah sang Ibu justru menghampirinya sambil membentak dan menyalahkan si anak. Atau, si Ibu langsung panik dan berteriak-teriak untuk meminta bantuan keluarga, sehingga kecelakaan kecil tersebut terkesan sebuah musibah besar. Walhasil, tangisan si anak semakin keras, dan ia akan terbiasa merasa takut melihat darah atau takut kepada rasa sakit.

 

2. Mendidik Anak Suka Bersikap Kasar

 

Banyak orangtua yang mendidik dengan cara membiasakan anak bertingkah semberono, suka berkata kasar, dan semena-mena terhadap orang lain, dan asumsi bahwa itulah yang namanya pemberani. Mendidik seperti ini jelas merupakan sebuah kesalahan. Ini adalah kebalikan dari fenomena yang pertama. Yang benar dalam hal ini adalah bersikap pertengahan.

 

3. Membiasakan anak bersikap manja

Banyak orangtua yang mendidik anak yang akan menyebabkannya bertingkah manja, suka hura-hura dan Congkak dengan membiasakannya dalam kemewahan dan keenakan. Sehingga, anak tumbuh dengan sifat suka bermewah-mewahan dan berenak-enak. Ia hanya memperhatikan kepentingan dirinya sendiri tanpa perduli terhadap orang lain.

 

Ia tidak pernah ingin tahu keadaan saudara saudaranya sesama muslim, tidak turut merasakan kegembiraan mereka, dan tidak merasa sedih saat mereka berduka.

 

Mendidik anak dengan metode seperti ini akan merusak Fitrah, membunuh sikap Istiqamah, serta menghancurkan kepribadian dan keberanian anak.

 

4. Memenuhi Semua Permintaan Anak

 

Banyak orang tua mendidik anaknya dengan bersikap royal kepadanya dan memberikan semua yang diinginkannya.

 

Sebagian orang tua memanjakan anak-anaknya dengan memberikan semua yang mereka minta.

 

Ia tidak pernah menghalangi suatu pun keinginannya. Maka, anda mendapati kedua tangannya selalu siap untuk memberi, sehingga si anak hidup bergelimang harta dan menghabiskannya untuk kesenangan semata.

 

Hal ini akan menyebabkan anak tidak akan memperdulikan nilai harta dan tidak pandai mengelolanya

5. Orang Tua Luluh Didepan Tangisan Anak

 

Orangtua seringkali memberikan apapun yang diminta anak apabila ia menangis dihadapannya, terutama bila anaknya masih kecil. Seringkali terjadi seorang anak kecil mengajukan suatu permintaan kepada ayah Atau ibunya.

 

Apabila kedua orang tua menolak permintaannya, ia akan menangis agar permintaannya dikabulkan. Pada saat demikian, orangtua akan luluh dan memenuhi permintaannya, entah Karena rasa sayang mereka kepada anak atau hanya untuk membuat anak diam dan terbebas dari rekannya, atau untuk tujuan-tujuan yang lain.

 

Ini adalah kesalahan yang tidak bisa Dianggap remeh. Tindakan seperti ini akan menjadikan anak bersikap manja dan lemah kemauannya.

 

Dr. Muhammad Ash-Shabbagh berkata, “Saya mendengar dari Malik, bahwa seseorang datang kepadanya untuk meminta nasihat berkaitan dengan pendidikan anak laki-lakinya atau cucu perempuannya yang masih bayi.”

Malik Bertnya,”Berapa umumnya?” Orang itu menjawab “Satu bulan ” Malik berkata, “Anda telah ketinggalan kereta.”

Malik berkomentar, “Pada awalnya saya mengira bahwa saya terlalu berlebihan dengan menjawab seperti itu. Tetapi, ketika saya perhatikan, saya menjumpai kebenaran pada apa yang saya katakan tersebut.

 

Pasalnya, ketika seorang anak menangis, sang ibu akan menyusuinya. Dengan demikian, akan tertanam pemahaman di dalam diri anak bahwa teriakan atau tangis adalah sarana untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Anak akan tumbuh besar dengan teman seperti itu.

 

Maka, bila kelak Yahudi memukulnya, ia akan menangis di hadapan Dewan Keamanan dengan asumsi bahwa tangisan bisa mengembalikan haknya.”

 

6. Membelikan Mobil Untuk Anak Yang Belum Dewasa

 

Sebagian ayah ada yang membeli mobil untuk anaknya saat masih kecil, entah karena si anak bersikeras memintanya, atau karena ingin terbebas dari banyaknya tuntutan rumah tangga, lalu mengalihkan beban itu kepada anaknya.

 

Atau, karena si anak bersikeras memintanya kepada Ibu, lalu Ibu mendesak Ayah untuk membelikannya.

Atau karena berbagai pertimbangan yang lain.

 

Apabila anak telah memegang mobil sendiri, pada umumnya, ia akan berbuat yang tidak benar. Anda akan melihatnya begadang sampai larut malam kok sering keluar rumah dan bergabung dengan teman-teman yang buruk akhlaknya.

 

Barangkali ia akan mengganggu banyak orang yang sering kebut-kebutan di jalan. Atau, bisa jadi ia memulai berani bolos dari sekolah, dan perbuatan-perbuatan yang sifatnya melawan orang tua sehingga sulit dikendalikan dan diarahkan.

7. Terlalu Bersikap Kasar Kepada Anak

Banyak orangtua yang bersikap kasar dan keras kepada anak melebihi batas kewajaran.
Entah memukulnya dengan pukulan menyakitkan bila ia berbuat kesalahan, meskipun untuk kali pertama, atau banyak membentak dan mengomelinya setiap kali ia berbuat kekeliruan, baik besar maupun kecil, serta berbagai bentuk kekerasan dan kekasaran yang lain.

8. Terlalu Kikir Kepada Anak

Sebagian Ayah bersikap kikir terhadap anak mereka melebihi batas kewajaran, sehingga anak merasa kekurangan Dan menganggap diri sebagai orang yang membutuhkan uluran tangan orang lain.

Bisa jadi sikap ini akan mendorong anak untuk mencuri uang dengan caranya sendiri, entah dengan mencuri, meminta-minta kepada orang lain, atau bergabung dengan kumpulan teman-teman buruk dari pelaku kriminal.

 

9. Tidak Memberikan Kasih Sayang Yang Cukup Kepada Anak

 

Banyak orang tua yang menghalangi anak untuk mendapatkan kasih sayang, cinta dan kelembutan. Akibatnya, anak mencari kasih sayang di luar rumah. Bisa jadi, ia menemukan orang yang bisa memuaskan dahaga kasih sayangnya tersebut.

 

10. Memperhatikan anak Dalam Masalah Lahiriah Saja

 

Yakni memperhatikan anak dari penampilan luar saja. Banyak orang yang mengira bahwa pendidikan yang baik hanya batas pada makanan yang baik, minuman yang lezat, pakainya mewah, jenjang pendidikan formal yang tinggi dan penampilan baik di hadapan masyarakat.

 

Bagi mereka, menumbuhkan anak dalam nuansa religius yang benar dan Akhlak Yang Mulia bukanlah bagian yang penting dalam pendidikan anak.

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.