News

6 Ciri Khas Keluarga Tangguh

Prof. John DeFrain diundang secara khusus oleh Fakultas Psikologi UGM. Beliau adalah profesor di bidang ketahanan keluarga universitas Nebraska Lincoln selama lebih dari 30 tahun.
Penelitian tentang keluarga tangguh dilatarbelakangi pengalaman Prof. John DeFrain 45 tahun lalu, sebagai konselor, psikolog, beliau kerap menjumpai keluarga yang rapuh, keluarga yang berantakan.
“Saya terlatih sebagai konselor 45 tahun yang lalu dan saya tidak tahu cara membantu keluarga karena tidak memiliki visi keluarga yang kuat.”
Beliau bertanya-tanya sebenarnya bagaimana keluarga yang tangguh itu, lalu lahirlah penelitian demi penelitian di Amerika dan di luar Amerika.
“Setiap keluarga punya masalah dan selalu fokus pada masalah, namun tidak tahu keluarga yang kuat atau tangguh itu seperti apa.”
Penelitian selama lebih dari 40 tahun di berbagai negara, dan benua merumuskan ada 6 hal mendasar yang sama dimiliki oleh keluarga di dunia. Tentang apa yang menjadikan keluarga itu tangguh. Setiap negara memiliki kekhasan namun secara umum memiliki kesamaan
Keluarga tangguh memiliki 6 sifat berikut.
1.Apresiasi dan afeksi satu sama lain.
Apa saja bentuk apresiasi dan afeksi ini?
Saling mensyukuri dan berterima kasih kepada anggota keluarga, dan menampakkannya. Menunjukkan bentuk apresiasi ini.
Contoh-contoh yang lain adalah saling menepati janji, saling membantu, saling memaafkan, saling memberi toleransi.
Apresiasi dan afeksi adalah kunci dari keluarga yang kuat.
Saya teringat bagaimana semua inventory yang disebutkan dalam penelitian ini melekat pada keluarga Rasulullah saw.
Rasulullah adalah orang yang paling mengapresiasi istri, putra-putrinya, bahkan cucu kecilnya, paling penyayang, penyantun, pemaaf dan paling lembut pada pelayannya
Anas bin Malik ra menyampaikan, “Selama 10 tahun berkhidmat pada Rasulullah, tak pernah sekalipun beliau mencelaku,”
Ini kepada pelayan beliau, apalagi kepada keluarga.
Demikian juga istri dan anak Rasulullah selalu terdepan dalam menunjukkan cinta, dan dukungan kepada Rasulullah. Keluarga Rasulullah adalah keluarga yang paling bersyukur, paling baik dalam hal mencintai dan mengekpresikan cinta.
2. Komitmen terhadap Keluarga
Ada dua hal yang saya catat, dari 13 butir.
1. Responsibility are shared fairly.
2. Everyone gets a say in making decision.
Tanggung jawab dibagi secara adil. Setiap anggota keluarga turut dalam pengambilan keputusan.
Dua contoh di atas dalam Islam diatur dengan apik. Hak dan kewajiban suami dan istri juga hak dan kewajiban orang tua kepada anak begitu pula sebaliknya.
Keadilan dalam peran rumah tangga Islam menempatkan lelaki sebagai qowwam (pemimpin) yang wajib ditaati istri (selama tidak menyalahi syariat). Dalam kepemimpinannya seorang laki-laki menghidupkan tradisi musyawarah dalam keluarga. Semua suara didengar dan pendapat anggota keluarga dihargai.
وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ
“Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakal kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepadaNya” [Ali-Imran/3 : 159]
Komitmen terhadap hak dan kewajiban antar suami istri, orang tua dan anak juga menghargai setiap pendapat anggota keluarga akan membentuk keluarga tangguh.
3. Komunikasi Positif dan Efektif
Komunikasi positif menjadi bahasan yang menarik. Karena, komunikasi yang dimaksud di sini secara terbuka adalah mengungkapkan perasaan dan pendapat. Menikmati diskusi keluarga, dengan candaan dengan pembicaraan yang hangat.
Kenapa harus efektif?
Sebab komunikasi yang intens, ajeg belum tentu efektif.
Komunikasi harus dilakukan terbuka sehingga terhindar dari prasangka.
Terbuka memberi kesempatan anggota keluarga untuk menjelaskan perasaan atau pendapatnya terhadap suatu masalah, sangat penting.
Ditulis oleh: Sirat Rizhqi Purnawati
Sumber : Rumah Keluarga Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *