Ibadah

BERSEDEKAH

 

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT memerintahkan umat-Nya untuk bersedekah, baik dalam rangka jihad fi sabilillah, membantu sesama, atau pun memuliakan anak-anak yatim. Perintah Allah satu ini merupakan salah satu amalan terindah, karena selain membahagiakan sang penerima sedekah, sang pemberi sedekah pun turut merasakan kebahagiaannya.

 

Rasulullah SAW bersabda, “Obatilah orang yang sakit dengan sedekah. Bentengilah harta yang kamu miliki dengan zakat dan tolaklah marabahaya dengan doa,” (HR. Baihaqi). Selain mendapatkan kebahagiaan, menolak bala, dan pahala berlipat, sedekah pun dapat menjadi obat bagi orang yang sakit. Dengan kata lain sedekah menyehatkan tubuh orang yang bersedekah.

 

Lalu apa alasan ilmiah bahwa sedekah menyehatkan tubuh orang yang bersedekah?

 

1. Warm Glow Effect (Efek Cahaya Pemberi)

Studi tahun 2006 oleh Jorge Moll dari National Institutes of Health menemukan bahwa ketika seseorang melakukan donasi kepada suatu yayasan, beberapa area di otak yang terkait dengan kenyamanan, koneksi sosial, dan rasa percaya turut aktif dan menciptakan efek “warm glow”.

 

Fenomena tersebut terjadi ketika menolong orang, otak memproduksi hormon dopamine (yang memberi perasaan bahagia dan keyakinan bahwa yang kita lakukan adalah hal yang benar) serta hormon oxytocin yang dikenal dapat mengurangi stres, meningkatkan fungsi imunitas, dan mengembangkan rasa percaya dalam interaksi antar manusia. Itu sebabnya jika kita bersedekah, stres akan berkurang dan membuat tubuh lebih nyaman.

 

2. Memproduksi zat Endorphin dalam tubuh

Orang yang bersedekah akan mendapat kebahagiaan. Ketika orang bahagia, secara alamiah kelanjar di dalam otak memproduksi hormon endorphin. Fungsi dari hormon ini adalah untuk menenangkan diri, dan sebagai pembunuh rasa sakit yang alami seperti kinerja analgesik pada obat-obat tertentu.

 

Maka dari itu, semakin sering kita bersedekah berapapun nominalnya, asalkan niat ikhlas karena Allah SWT, maka kita pun akan merasakan kebahagiaan. Dengan merasakan kebahagiaan tersebut, secara tidak langsung kita menyalurkan energi positif pada tubuh sehingga tubuh akan terasa sehat atau bahkan sembuh dari penyakit.

Untuk bersedekah tidak perlu menunggu kaya. Bersedekah tidak harus dikeluarkan dengan menarik tabungan, atau menarik uang yang telah dicadangkan untuk keperluan tertentu. Perhatikan contoh dari Rasulullah SAW dalam hadist shahih. Dari Abu Huraerah ra berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Makanan untuk 2 orang cukup untuk 3 orang. Makanan untuk 3 orang cukup untuk 4 orang.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadits tersebut dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

 

Bila hendak memasak masakan, maka hendaknya ditambahkan bahan yang sangat mungkin untuk ditambahkan tanpa meningkatkan harga masakan tsb. Misalnya bila memasak gulai perbanyak kuahnya, agar bisa membaginya kepada tetangga. Artinya kita bisa bersedekah berupa makanan dengan mengurangi sedikit jatah yang hendak kita makan untuk diberikan kepada orang lain. Abu Dzar berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Wahai Abu Dzar, jika kamu memasak gulai, maka perbanyaklah kuahnya dan bagikanlah kepada tetanggamu.” (HR. Bukhari).

 

Sahabat, kebiasaan sedekah bisa kita tingkatkan dengan merencanakan ibadah sunnah dari sebagian harta kekayaan. Yaitu dengan cara menganggarkan secara khusus dan membayarkannya secara rutin. Cara ini ternyata telah mendapat iming iming pahala besar lagi nyata. Mari kita renungi ayat 15 – 19 surah Adz-Dzariyat. “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam taman-taman (surga) dan mata air. Mereka mengambil apa yang diberikan Tuhan kepada mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu (di dunia) adalah orang-orang yang berbuat baik. Mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam. Dab pada akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah). Dan pada harta benda mereka ada hak orang miskin yang meminta, dan orang miskin yang tidak meminta.”

 

Yuk biasakan bersedekah. Tidak harus banyak dan menunggu kaya dalam bersedekah. Asal rutin dan ikhlas, apa yang telah disedekahkan akan menjadi jembatan untuk menyelamatkan kita di yaumil akhir. Wallahu a’lam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *