Parenting

BUKAN NAKAL, CUMA LUPA…

 

Oleh: Kak Eka Wardhana

 

Usia antara 2 sampai 6 tahun dinamakan oleh para psikolog ahli perkembangan sebagai “Awal Masa Kanak-kanak”. Usia 7 sampai kira-kira 13 tahun untuk wanita dan 7 sampai kira-kira 14 tahun untuk laki-laki, di sebut “Akhir Masa Kanak-kanak”. Setelah itu mereka disebut remaja.

 

Awal Masa Kanak-kanak sering disebut sebagai usia emas perkembangan anak, karena saat itu terjadi perkembangan pesat dalam tubuh dan daya pikir anak. Termasuk juga perilaku dan moralnya. Sehingga tidak bisa dibantah: inilah saat paling baik untuk mengajarkan akhlak baik. Tetapi…

 

Tetapi anak-anak tetaplah anak-anak, secepat apapun perkembangannya. Jadi para psikolog sepakat bahwa kemampuan anak memahami ajaran akhlaq baik memerlukan proses yang cukup lama. Kenapa bisa begitu ya?

 

Sebabnya ada 2:

1. Karena perkembangan intelektual anak-anak usia 2-6 tahun belum matang, sehingga mereka belum bisa mengerti hal-hal abstrak tentang benar atau salah.

 

2. Karena anak belum memiliki dorongan mengikuti aturan, sebab anak belum tahu hak dan kewajiban sebagai anggota keluarga atau masyarakat.

 

Logis, bukan? Jadiiii… yang tidak logis adalah orangtua atau guru yang menuntut anak menjadi penurut dan shalih seperti orang dewasa begitu saja, tanpa mau peduli bahwa anak usia 2-6 tahun memerlukan proses untuk melakukannya.

 

Tidak aneh bila anak-anak usia 2-6 tahun hari ini melakukan suatu hal yang baik, tetapi 2 atau 3 hari kemudian ia sudah lupa, dan orangtua harus mulai mengingatkannya lagi. Sebab secerdas apapun seorang anak, di usia 2-6 tahun kemampuan mengingat anak belum sematang orang dewasa. Jadi anggapan orangtua bahwa anak tidak patuh seringkali bukan karena ia nakal, tetapi karena ia lupa. Cateeet…

 

Ayah dan Bunda, mana yang benar:

A. Di usia 2-6 tahun anak-anak belajar tentang MENGAPA harus melakukan suatu hal.

B. Di usia 2-6 tahun anak-anak belajar tentang BAGAIMANA melakukan suatu hal.

 

Jawabannya adalah yang B. Anak belajar tentang BAGAIMANA melakukan sesuatu.

 

Jadi, di usia 2-6 tahun anak-anak bertindak tanpa harus tahu MENGAPA hal itu perlu dilakukan. Masyaa Allah, hal ini adalah fitrah dan karunia Allah untuk memudahkan orangtua muslim dalam mendidik anak-anaknya menjadi shalih.

 

Kenapa ini adalah karunia? Karena orangtua tidak perlu repot-repot menjelaskan MENGAPA harus shalat, MENGAPA harus sayang pada orangtua. Orangtua hanya harus mencontohkan BAGAIMANA harus shalat, BAGAIMANA cara sayang pada orangtua.

 

Anak-anak akan menerimanya tanpa banyak bertanya, sebab di usia 2-6 tahun, mereka menganggap orangtua sebagai orang yang serba tahu dan serba benar. Masyaa Allah, sekali lagi: inilah saat-saat terbaik menanamkan akidah dan mengajarkan akhlak baik, karena anak akan menurut tanpa banyak bertanya.

 

Namun sekali lagi, di usia 2-6 tahun anak-anak seringkali lupa apa yang diajarkan. Maka orangtua harus sabar memberi tahunya berulang-ulang. Inilah yang disebut oleh seorang psikolog ahli perkembangan yang bernama Piaget sebagai “Moralitas Melalui Paksaan”.

 

Maksudnya: anak belajar moral atau akhlak dengan melihat akibat tindakannya. Bila tindakan nakal membuat orangtua tidak suka, ia akan tahu bahwa itu salah dan berusaha tidak mengulanginya lagi. Bila tindakan baik membuatnya dipuji dan disayang, ia akan melakukan hal itu lagi dan lagi.

 

Kesimpulannya: dari sudut pandang anak-anak usia 2-6 tahun, sebuah tindakan dianggap salah bila reaksi lingkungannya negatif. Sebuah tindakan dianggap benar bila reaksi lingkungannya positif.

 

Jadi, bentuklah tindakan-tindakan baik menjadi sebuah kebiasaan, Ayah dan Bunda. Cara membentuk kebiasaan dilakukan dengan 2 cara:

 

1. Memberi tahu mana hal yang baik dan mana hal yang salah.

 

2. Memuji dan memberi reaksi positif atas perbuatan yang baik dan menegur serta menasihati sebagai reaksi atas perbuatan yang salah.

 

Salah satu cara paling efektif memberi tahu mana hal yang baik dan mana hal yang salah adalah dengan cara menceritakan kisah-kisah yang baik dari buku.

 

Selamat bergembira bersama putra-putri Anda.

 

Salam Smart Parents!

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.