News

Hikmah Menjadi Dermawan

Sifat dermawan adalah akhlak terpuji dan sangat mulia. Sifat ini merupakan himpunan dari kebaikan, kemurahan, kekayaan jiwa, dan keutamaan. Orang yang dermawan ialah orang yang senantiasa mencurahkan kebaikan kepada siapa pun yang membutuhkan uluran tangannya, tidak membedakan suku, ras maupun agama, baik diminta maupun tidak.

 

D

i dalam ajaran Islam, sifat dermawan merupakan salah satu kunci kebaikan dan mulianya dari setiap manusia.

 

Orang yang bersifat dermawan adalah orang yang ikhlas dalam berderma, tanpa ada niat untuk mencari atau mendapatkan sesuatu apapun dari manusia, bahkan tidak berharap sekalipun untuk mendapatkan ucapan terima kasih dari orang yang telah ditolongnya. Dan yang dilakukannya semata-mata hanyalah untuk mengharap pahala dan ridho dari Allah SWT.

 

Allah SWT. berfirman :

وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا

إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا

Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.

[QS. Al-Insan (76) : 8-9]

 

Hal ini terjadi karena kebaikan, kemurahan hati, dan keutamaan yang telah menghiasi dirinya yang bersumber dari keimanan yang kuat dan niat yang tulus ikhlas dalam beramal, sehingga jiwanya menjadi bersih dan hatinya bersinar. Dengan jiwa yang bersih dan sinar keimanan dari hatinya tersebut menyebabkan sifat kikir lenyap dan yang muncul kepermukaan adalah kasih sayang, kemurahan hati, dan kedermawanan.

 

Dengan adanya kebaikan, kemurahan hati, keimanan yang kuat, dan keikhlasannya, orang yang dermawan memiliki keutamaan dan berbagai macam kebaikan yang didapatkannya, antara lain :

 

Pertama, Dengan sifat dermawan, orang tersebut menjadi orang yang dicintai oleh Allah SWT.

 

Rasulullah SAW. bersabda :

إِنَّ اللهَ كَرِيْمٌ يُحِبُّ الْكَرَمَ وَمَعَالِيَ اْلأَخْلاَقِ وَيُبْغِضُ سِفْسَافَهَا

Sesungguhnya Allah Maha Pemurah menyukai kedermawanan dan akhlak yang mulia serta membenci akhlak yang rendah/hina.

[HR. Al-Hakim (I/48), dari Sahabat Sahl bin Sa’ad z. Dishahihkan oleh al-Hakim dan disetujui oleh Imam adz-Dzahabi, lihat Silsilatul Ahaadiits ash-Sha-hiihah (No.1378)]

 

Kedua, dengan kedermawanannya orang akan lebih dekat dengan Allah, dekat dengan manusia, dan jauh dari neraka. Dalam riwayat Abu Hurairah RA., Nabi SAW. diriwayatkan bersabda ;

السَّخِيُّ قَرِيْبٌ مِنَ اللهِ، قَرِيْبٌ مِنَ النَّاسِ، قَرِيْبٌ مِنَ الْجَنَّةِ بَعِيْدٌ مِنَ النَّارِ، وَالْبَخِيْلُ بَعِيْدٌ مِنَ اللهِ، بَعِيْدٌ مِنَ النَّاسِ، بَعِيْدٌ مِنَ الْجَنَّةِ، قَرِيْبٌ مِنَ النَّارِ، وَالْجَاهِلُ السَّخِيُّ أَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنْ عَابِدٍ بِخَيْلٍ

Orang yang dermawan dekat dengan Allah, dekat dengan manusia, dekat dengan surga, dan jauh dari neraka. Sedangkan orang yang kikir jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga dan dekat dengan neraka. Orang jahil yang dermawan lebih disukai Allah daripada ahli ibadah yang kikir.

[HR. Tirmidzi]

 

Ketiga, Sifat Dermawan akan mengantarkan seseorang masuk surga. Sifat dermawan secara langsung mendapat jaminan dari Allah akan ditempatkan disisiNya.

 

Firman Allah SWT :

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَعَلَانِيَةً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

[QS. Al-Baqarah (2) : 174]

 

Keempat, Allah akan melipatgandakan pahala dan mengganti harta yang ia dermakan dengan yang lebih baik dan perhitungan yang lebih banyak.

 

Allah SWT. berfirman;

مَّثَلُ الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَن يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.

[QS. Al-Baqarah (2) : 261]

 

Kelima, menjadikannya sehat lahir dan batin. Dan dengan sifat dermawan tersebut akan ikhlas bersedekah untuk bertaqarrub kepada Allah agar terhindar dari kematian yang buruk. Dan dengan shadaqah dapat menyembuhkan penyakit yang diderita seseorang. Rasululllah SAW. bersabda;

دَاوُوا مَرْضَاكُمْ بِالصَّدَقَةِ

Obatilah orang-orang sakit kalian dengan sedekah.

[HR. Al-Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubro dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu dan Abusy Syaikh dari Abu Umamah radhiyallahu’anhu, Shahihul Jami’: 3358]

 

Memang sebagian ulama ada yang menilai hadits tersebut lemah.

 

Berdasarkan Al-Lajnah Ad-Da’imah (semacam Majelis Ulama di Saudi) mengeluarkan fatwa perihal hadits tersebut;

Hadits tersebut tidak shahih, namun tidak mengapa bersedekah untuk (mengharal kesembuhan) orang yang sakit sebagai bentuk taqarrub kepada Allah ‘Azza wa Jalla, untuk mengharap agar Allah menyembuhkannya dengan sedekah tersebut, karena keumuman dalil yang menunjukkan tentang keutamaan bersedekah bahwa sedekah menghapuskan dosa dan mencegah kematian yang buruk.

[Fatawa Al-Lajnah Ad-Da’imah No.18369]

 

Keenam, Allah SWT. akan menutupi aib-aibnya. Salah satu Imam yang di anut sebagian nesar masyarakat Indonesia, yaitu Imam Syafi’i berkata;

Engkau tutupi dengan kedermawanan, karena setiap aib dapat ditutupinya.

[Kitab Diwan Asy-Syafi’i halaman 16]

 

Maka dari itu, sebagai makhluk Allah SWT. dan ummat Rasulullah SAW., mari kita berusaha menanam dan menumbuhkan sifat kedermawanan pada diri kita. Dengan cara melatih dan membiasakan diri kita untuk mendermakan apa yang kita bisa dan kita miliki kepada siapa pun yang membutuhkan uluran tangan kita.

 

Sebagai penutup, mari kita memohon kepada Allah SWT., agar berkenan menganugerahkan petunjuk dan karuniaNya untuk menata hati kita, dan membawa kita agar sifat-sifat terpuji dan akhlaq mulia dapat melekat pada diri kita, mengingat hanya Allah yang dapat menentukan hidayah itu diberikan kepada siapa dan untuk siapa.

 

Firman Allah SWT. ;

وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَٰحِدَةً وَلَٰكِن يُضِلُّ مَن يَشَآءُ وَيَهْدِى مَن يَشَآءُ ۚ وَلَتُسْـَٔلُنَّ عَمَّا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan.

[QS. An-Nahl (16) : 93]

 

Semoga Allah selalu memberikan ridhoNya untuk kita semua, Aamiin…

 

Sumber : www.rbs.or.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.