Pengetahuan Umum

ISLAM ITU BENAR, WALAUPUN BANYAK YANG INGKAR

 

Oleh: Adian Husaini

 

Seorang penceramah agama mengatakan – dalam sebuah videonya yang viral – bahwa ia tidak setuju dengan pernyataan “Bahwa semua agama itu benar”. Yang benar, katanya: “Semua agama itu benar menurut penganutnya”. Ia pun menambahkan, bahwa kita tidak diperbolehan menyalahkan agama orang lain.

Sang penceramah mengutip QS al-An’am (yang artinya): “Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.” (Qs al-An’am : 108).

 

“Kalau kamu tidak mau agamamu dihina, maka janganlah kamu menghina agama orang lain,” kata sang penceramah.

 

Video sang penceramah itu sudah banyak mendapat tanggapan. Melalui artikel ini, saya hanya mencoba menjelaskan hal-hal yang perlu dijelaskan dari kata-kata sang penceramah tersebut. Saya tidak membahas soal kedudukan hukum fiqih berceramah di gereja. Biarlah itu dibahas oleh para ahlinya.

Saya hanya membahas tentang ungkapan sang penceramah, bahwa “Semua agama itu benar menurut pemeluknya.” Bagi seorang muslim, pernyataan itu cukup riskan. Itu berarti kebenaran suatu agama – termasuk Islam — bersifat subjektif semata. Padahal, kebenaran Islam itu bersifat subjektif dan objektif, juga universal. Kebenaran Islam itu ditentukan oleh sifat agama Islam itu sendiri.

 

Islam tetap benar, meskipun banyak yang tidak mau mengakui kebenarannya. Nabi Muhammad saw itu tetap Nabi meskipun banyak manusia yang mengingkarinya. Dalam pandangan seorang muslim, Nabi Isa a.s. tetap Nabi dan adalah fakta bahwa Nabi Isa a.s. bukan Tuhan, meskipun kaum Kristen menuhankannya.

Jadi, seorang muslim tidak patut mengatakan, bahwa kebenaran suatu agama ditentukan oleh pendapat pengikutnya. Sebutlah contoh, agama Bhairawa Tantra yang salah satu ritualnya minum darah manusia. Apakah agama ini juga benar menurut pemeluknya?

 

Ungkapan penceramah bahwa “Jangan menyalahkan agama lain” juga perlu dipahami dengan hati-hati. Sebab, menyalahkan bukan berarti menghina. Al-Quran menyatakan, bahwa telah kafirlah orang-orang yang menyatakan, bahwa Allah adalah salah satu dari yang tiga, dan seterusnya. (QS al-Maidah: 72-75). Allah sangat murka karena dituduh mempunyai anak. (QS Maryam: 88-91).

 

Meyakini bahwa Islam satu-satunya agama yang benar – dan mengatakan bahwa selain Islam adalah agama yang salah — bukan berarti melecehkan agama lain. Aqidah seorang muslim menyatakan, bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar. (QS Ali Imran: 19 dan 85). Bahkan, setiap hari seorang muslim berdoa dalam shalatnya, agar senantiasa ditunjukkan dan ditetapkan Allah di jalan yang lurus (shirat al-mustaqim), dan dijauhkan dari jalan orang-orang yang dimurkai Allah dan jalan orag-orang sesat.

 

Jadi, dalam pandangan Islam, memang ada jalan yang lurus dan ada jalan yang sesat. Karena itu, salah besar jika seorang muslim berpendapat, bahwa “semua jalan sebenarnya menuju Tuhan yang sama.” Dalam aqidah Islam, setelah diutusnya Nabi Muhammad saw sebagai nabi terakhir, maka hanya ada satu jalan untuk selamat menuju Tuhan Yang Maha Kuasa, yaitu jalan (syariat) Nabi terakhir tersebut.

 

*****

 

Keyakinan seperti itu bukan khas Islam. Agama-agama lain pun punya keyakinan yang sama. Beberapa tahun lalu, saya menemui seorang tokoh Katolik, Prof. Frans Magnis Suseno, do kantornya. Saya berbincang cukup lama tentang berbagai hal. Di akhir pertemuan, saya mendapatkan hadiah sebuah buku karya beliau. Judulnya: Menjadi Saksi Kristus Di Tengah Masyarakat Majemuk. (Jakarta: Penerbit Obor, 2004).

Buku ini mengkritik paham Pluralisme agama yang diajukan oleh beberapa teolog Kristen seperti John Hick, Paul F. Knitter (Protestan) dan Raimundo Panikkar (Katolik). Bagi mereka, anggapan bahwa hanya agamanya sendiri yang benar merupakan kesombongan. Agama-agama hendaknya pertama-pertama memperlihatkan kerendahan hati, tidak menganggap lebih benar daripada yang lain-lain.

 

Tahun 2000, Paus Yohanes Paulus II mengeluarkan dekrit ‘Dominus Iesus’ yang menentang paham Pluralisme Agama. Pendeta Stevri Indra Lumintang menulis buku berjudul “Theologia Abu-Abu” (Malang: Gandum Mas, 2004), yang menyatakan: ‘’Theologia abu-abu (Pluralisme) yang kehadirannya seperti serigala berbulu domba, seolah-olah menawarkan teologi yang sempurna, karena itu teologi tersebut mempersalahkan semua rumusan Teologi Tradisional yang selama ini dianut dan sudah berakar dalam gereja. Namun sesungguhnya Pluralisme sedang menawarkan agama baru…” (hlm. 18-19).

 

Majelis Ulama Indonesia (MUI) tahun 2005 juga telah mengeluarkan fatwa yang mengharamkan paham Pluralisme Agama. Dalam fatwanya MUI menjelaskan: “Pluralisme agama adalah suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif; oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup berdampingan di surga.”

 

MUI menegaskan: “paham sekularisme, pluralisme dan liberalisme agama adalah bertentangan dengan ajaran Islam dan haram bagi umat Islam untuk mengikutinya.”

Karena dipandang merusak agama Katolik, maka Gereja Katolik pun bersikap tegas terhadap pastor-pastor yang menyebarkan paham Pluralisme. Prof. Jacques Dupuis SJ, seorang sarjana di Gregorian University Roma, diberi sanksi menyusul penerbitan bukunya yang berjudul Toward a Christian Theology of Religious Pluralism, (Maryknoll, NY Orbis, 1997). Prof. Dupuis mendapatkan notifikasi dari Kongregasi untuk Ajaran Iman, Vatikan, yang menyatakan, bahwa ia “Tidak bisa dipandang sebagai seorang Teolog Katolik”.

 

Jadi, pernyataan bahwa “semua agama itu benar menurut penganutnya”, menurut hemat saya, lebih baik dikoreksi. Sebab, memang tidak semua agama itu benar. Yang benar hanya agama Islam. Islam itu tetap benar, meskipun banyak yang ingkar.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *