Puluhan tahun yang lalu, sebagai siswi berjilbab di sebuah SMA negeri yang masih asing dengan jilbab, saya beberapa kali jadi sasaran bullyan guru-guru. Ada yang menarik kerudung saya dan bilang saya pembangkang. Ada yang terang-terangan merendahkan. Ada yang memaksa agar kerudung saya naik dan memperlihatkan lambang osis di saku dada. Ada yang sekedar memandang tak suka.
Yah, gurupun juga manusia, tak luput dari berbagai kesalahan. Saya pikir, meskipun saya hanya berstatus murid, saya lebih dulu ngaji dari mereka. Jadi ya sewajarnya saya yang jadi lebih sabar. Mungkin mereka belum paham tentang jilbab.
Saya berusaha menunjukkan kebaikan semampu saya. Apapun perkataan mereka, tak saya masukkan ke dalam hati. Saya pikir, bagaimanapun mereka adalah guru saya. Ihtiram terhadap guru adalah salah satu adab penting dalam belajar. Bagaimana saya bisa meraih kebarakahan ilmu jika saya tak mampu menghormati mereka.
Saat salah seorang dari mereka sakit, atau suami mereka sakit, saya dan teman-teman berusaha menunjukkan kepedulian pada mereka. Kami berkunjung ke rumah mereka, membawa sedikit buah tangan. Qadarullah, mereka pun luluh dan leleh. Sejak itu sikap merekapun berubah.
Di kesempatan lain, saya memberanikan diri memberi hadiah pada salah seorang guru yang paling saya tidak sukai. Sebuah hadiah yang cukup mahal menurut saya kala itu. Beliau adalah guru yang selalu mengeluh dan merendahkan murid-murid. Mungkin usia tua dan sakit yang dideritanya membuat dia menderita sehingga emosinya tidak stabil. Dan kami menjadi sasaran kemarahannya. Terutama para jilbaber. Apapun yang kami buat selalu salah dimatanya. Ajaib, hadiah itu bukan hanya membuat beliau berubah, tapi hati saya pun ikut lumer. Saya yang merasa tak suka pada beliau, tiba-tiba mampu berempati sesaat setelah melihat senyum menghiasi wajahnya untuk pertama kalinya. Beliau pun mulai tersenyum dan berbinar menyambut murid-muridnya.
Betul kata Rasulullah. Menjenguk orang sakit, dan bersilaturahim akan menambah barakah, dan menebar rizqi. Setidaknya berupa rizqi secercah senyuman dari seorang guru. Memberi hadiah akan menimbulkan cinta, seperti diungkapkan Rasulullah.
Saya pun semakin jatuh cinta pada Islam. Sungguh ajarannya selalu benar.
Kini, saya yang menjadi guru. Dan saya sadar sepenuhnya, bahwa saya pasti tak luput dari segala salah. Murid-murid tak sekedar tempat saya mengajar, lebih dari itu mereka adalah tempat saya belajar. Guru mengajar murid, murid mengajar guru. Mengapa tidak?
Terimakasih untuk semua guru yang telah memberi banyak hikmah dan pelajaran sepanjang hidup saya. Semoga Allah melimpahkan ampunan atas segala kesalahan, dan keberkahan atas segala ilmu yang telah disampaikan.
Ditulis oleh Yuria Pratiwi Cleopatra