Parenting

MENJAGA LISAN ANAK

Oleh Yanti Tanjung

 

Seringkali kita menyaksikan anak-anak lisannya jorok dan kotor, jauh dari perkataan-perkataan yang terpuji. Bahasa-bahasa tiruan ataupun ciptaan anak terlontar begitu saja tanpa merasa ada yang salah. Mencaci sesama teman, mencela teman, menjuluki nama-nama yang buruk pada teman, maaf misalnya anjing, monyet, si kurus, si gendut dll menjadi perkara yang biasa. Tidak dipungkiri meski memang temannya gendut tidak rela disebut gendut atau meski temannya kurus tidak rela disebut kurus apalagi julukan-julukan lainnya yang menyakitkan hati jadilah bermusuhan.

 

Parahnya ada berkelompok kelompok anak seusia SD, SMP dan SMA memanggil nama-nama binatang sesama mereka tanpa ada yang sakit hati karena mereka adalah sesama. Namun kita sebagai orang tua gerah mendengarkannya, pastinya anak-anak tersebut tidak pernah dididik lisannya mengatakan hal-hal yang baik, terpuji dan ahsan.

 

Anak-anak yang seperti ini akan menciptakan lingkungan yang rusak di masyarakat. Setiap anak yang masuk lingkungan itu yang notabene juga ada di sekolah-sekolah formal akan terbawa dengan bahasa-bahasa celaan tersebut. ini pulalah yang membuat galau orang tua memasukkan anak di lingkungan yang tidak kondusif, khawatir anak yang sudah dijaga dengan baik jika berada di lingkungan anak-anak tercela tersebut pulang-pulang membawa bahasa-bahas yang tercela pula.

 

Ada beberapa hal benteng untuk menjaga anak-anak agar berkata dengan perkataan yang terpuji dan ahsan :

 

1. Anak harus dibekali tarkiz aqidah islam yang kokoh sehingga anak terbiasa lisannya dalam kesadaran berhubungan dengan Allah berikut beramal juga didorong karena idrak shillah billah.

 

وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

 

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia berkata yang baik atau diam

 

2. Bekali anak dengan kekayaan tsaqafah islam, untuk menimbang segala sesuatunya termasuk lisannya dengan timbangan syariah islam dan memiliki akhlak terpuji dan memiliki adab sopan santun yang mulia.

 

3. Ketaaatan penuh pada hukum-hukum Allah, memahami mana lisan yang harus diucapkan dan mana yang tidak untuk menyelamatkan orang lain.

 

Diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab Shahihnya hadits no.10 dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

 

الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

 

“Seorang muslim adalah seseorang yang orang muslim lainnya selamat dari ganguan lisan dan tangannya”

 

4. Muraqabatullah, anak yang senantiasa hidup akal dan hatinya pada pengawasan Allah tidak akan mau berkata sembarangan, karena dia yakin setiap kata akan dicatat. maliakan yang ada di kiri dan kanannya akan sibuk mencatat setiap apa yang dikeluarkan oleh lisannya.

 

Allah juga berfirman.

 

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ ۖ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

 

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk disebelah kanan dan yang lain duduk disebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir” [Qaf : 16-18]

 

5. Memberikan tauladan yang baik dalam berkata oleh orang tua langsung. Ingatah lisan orang tua adalah pembentuk langsung aqliyyah anak, maka penuhilah lisan-lisan orang tua dengan muatan tsaqafah islam, motivasi-motivasi ruhiyyah dan bahasa-bahasa aqidah Islamiyyah.

 

Maka dengan demikian anak-anak penghafal Alquran akan memahami bahwa melantunkan ayat-ayat Alquran akan membuat lisannya terjaga. Mereka lebih baik membaca Alquran ketimbang harus berbicara yang tercela, menggibah, dan tidak ahsan.

 

Sejatinya para penghafal Alquran itu dapat mengungkapkan bahasa-bahasa Alquran dalam kehidupan mereka pun ketika mereka berada di tengah-tengah teman dan masyarakat. Namun ini butuh kerja sungguh-sungguh bagi orang tua dan guru untuk membiasakan lisan-lisan Alquran ini hidup di tengah-tengah anak-anak kita dan perlu melatih diri sebaik mungkin agar anak merasakan betapa lisan tertinggi bagi mereka itu adalah lisan Alquran, lisan yang menyeru manusia di jalan Allah swt. Wallahu a’lam bishshowab

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.