News

Menshalihkan Generasi

Kisah inspiratif bagaimana kebanyakan para ibu di tanah haram dalam mendidik anak untuk dekat dengan Allah dan mengaitkan hati mereka dengan masjid. Bukan hal yang mudah. Terkadang kita harus berkorban waktu dan tenaga juga kekuatan tekad dalam mendidik generasi.
Suatu malam ketika jelang isya di Masjidil haram. Kami agak tergesa menuju masjid. Karena menyadari sudah terlambat dan tentunya sudah penuh. Dan sesampainya di dekat area Masjidil Haram kami dapati tempat sudah penuh dan tersisa untuk satu orang makmum saja.
Di dekat tempat kosong itu nampak seorang ibu dengan dua anak laki-lakinya yang masih kecil. Melihat kami kebingungan mencari tempat beliau mempersilakan kami berdua untuk memposisikan diri dimana beliau tadi berdiri. Dan beliau mundur selangkah.
Tak sempat berpikir apa pun ketika mendapat tempat untuk shalat. Takbir berkumandang menanda shalat dimulai. Tetiba saja terlintas tanda tanya, ibu kedua anak di samping kami mengapa justru mundur dan tidak mendapat tempat.
Pertanyaan itu sempat mengusik kekhusyu’an shalat Isya kami. Tanya itu pun terjawab ketika kami ruku’ melihat beliau sedang duduk di belakang kedua putranya yang masih kecil. Dari apa yang terlihat bisa disimpukan bahwa seorang ibu tadi sedang udzur (tidak sholat). Dan akhirnya tidak ada lagi pertanyaan yang mengganggu kekhusyu’an shalat kami.
Justru ada hal lain yang membuat terkesima.
Kedua anak yang masih usia sekitar 5 dan 4 tahun dengan benar bisa mengikuti bacaan imam yang cukup panjang. Tak selayaknya anak-anak usia dini di negeri kita. Mereka ikut tertib dalam sholat. Tak ada hal yang dilanggar dari rukun sholat. Tidak banyak gerakan selayak ya anak-anak kita yang masih belajar untuk sholat.
Tersentak hati ini melihat pemandangan itu. Terlebih ketika kutahu ibunya sedang udzur dan tidak sholat. Keberadaan beliau di Masjidil haram mengantarkan anak-anaknya untuk dekat dengan masjid.
Masya Allah ….
Sebegitu luar biasanya perjuangan seorang ibu dalam mendidik putranya. Hingga rela mengantar ke masjid meskipun dirinya tidak sedang sholat. Lantas kita bagaimana? Kita ketika tidak ada unsur syar’i saja seolah Sunnah bagi perempuan ke masjid. Dan menyerahkan urusan anak laki-laki ke masjid bersama ayahnya. Apalagi ketika kita udzur. Istighfar.
Hikmah besar yang nampak di depan mata seperti apa para umahat mendidik putra-putri mereka agar memiliki aqidah yang lurus, ibadah yang benar dan akhlak yang mulia. Sungguh, Ibrah yang tak terlupa. Masih sangat jauh kita dibanding mereka. Perlu banyak belajar memperbaiki diri dan senantiasa memiliki tekad dalam mendidik generasi di akhir zaman yang penuh dengan fitnah dan godaan.
Semoga masih ada kesempatan untuk menjadikan anak-anak kita generasi yang memiliki kekuatan aqidah serta keimanan yang menghunjam di dalam dada. Semoga anak-anak kita menjadi Ahlul quran, pengusung dakwah yang istiqamah dan menjadi pemburu syahadah lantaran memiliki jiwa mujahadah.
Aamiin ya mujibassilin
sumber : manis.id
Ditulis Oleh : Ustadzah Rochma Yulika

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *