News

Setiap Keluarga Punya Tangis dan Tawanya Masing-masing

“Rumput tetangga lebih hijau daripada rumput di rumah sendiri”. Begitu kira-kira pepatah mengatakan. Artinya, kadang kita melihat suami atau istri orang lain lebih baik daripada suami atau istri sendiri. Begitu pun keluarga orang lain lebih baik daripada keluarga sendiri. Dampaknya, kita lupa bersyukur terhadap pasangan atau keluarga kita sendiri.

Suatu ketika seorang sahabat mengadu kepada Khalifah Umar bin Khatab ra karena istrinya cerewet dan sering mengomel. Begitu sampai di depan rumah khalifah, laki-laki itu tertegun. Dari dalam rumah terdengar istri Umar sedang ngomel, marah-marah. Cerewetnya melebihi istri yang akan diadukannya pada Umar. Tapi, tak sepatah katapun terdengar keluhan dari mulut khalifah. Umar diam saja, mendengarkan istrinya yang sedang gundah. Akhirnya lelaki itu mengurungkan niatnya, batal melaporkan istrinya pada Umar.

Dari kisah tersebut kita mendapat pelajaran bahwa “rumput tetangga tak selalu indah.” Setiap rumah tangga tak bisa dibandingkan secara naif satu sama lain. Sebab di setiap keluarga punya suka dan dukanya masing-masing.

Ada keluarga yang sukanya terdapat pada pasangannya yang setia, rajin ibadah, saling mesra satu sama lain. Anaknya pintar, hapal al Qur’an, dan berbakti kepada orang tua.

Namun di balik keberhasilan tersebut ada duka yang terselip. Misalnya, di balik sosok suami yang setia ternyata nafkahnya kurang, di balik istri yang rajin ibadah ternyata buruk sangkanya luar biasa, di balik kemesraan pasangan ternyata ada perselingkuhan, di antara sekian anaknya yang sholih terdapat satu anaknya yang bandel.

Seakan Allah mentakdirkan di setiap rumah itu tak ada yang sempurna. Di setiap keluarga ada ruang ujian, yaitu ujian tentang kesabaran, keikhlasan, syukur dan tauhid.

Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh (ujian) bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka” (Qs. 64 ayat 14).

Di dalam setiap rumah ada ujian kesabaran berupa tidak mudah putus asa, apalagi mudah bercerai, ketika menghadapi berbagai masalah. Ujian keikhlasan terhadap takdir Allah berupa kekurangan yang ada. Ujian syukur berupa rasa puas terhadap pemberian Allah tanpa membanding-bandingkan dengan keluarga lain. Ujian tauhid berupa apakah cinta kita kepada Allah masih lebih tinggi daripada cinta kita kepada pasangan dan anak-anak.

Ruang ujian ini membuat sebuah keluarga menjadi dinamis dalam suka dan duka. Contohnya, apa yang saya alami saat ini. Ada sedih yang menganga karena istri sedang ditahan akibat kasus hoax bernuansa politis. Setelah sebelumnya saya dan istri lebih sering berada dalam suka dan tawa bersama. Sekarang Allah sedang menguji saya sekeluarga apakah tetap tangguh atau tidak dalam sabar, ikhlas, syukur dan bertauhid ketika istri tidak ada entah sampai kapan.

Maka rumah tangga yang sukses adalah mereka yang lulus dalam empat ujian tersebut, sabar, ikhlas, syukur dan bertauhid sampai akhir hayat.

Karena itu, nikmatilah perjalanan keluarga kita masing-masing sebagai ujian tanpa membanding-bandingkan dengan keluarga yang lain.

Ternyata, rumput tetangga tak lebih hijau dari rumput di rumah sendiri. Sebab di setiap keluarga ada tawa dan tangisnya masing-masing.

Ditulis Satria Hadi Lubis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *