News

Apa yang Terjadi Pada Anak?

Berbagai bentuk emosi negative yang kadang kadang pada satu anak bisa belasan jumlahnya:Hampa/ kosong, tertekan, sedih, kecewa, marah, terabaikan, merasa gak berharga, kurang percaya diri, bingung, kesal, mudah frusrasi,kehilangan semangat,  sunyi dan sepi, ngiri sama orang lain, benci bahkan sampai dendam!
Bayangkanlah  kalau seorang anak menyimpan sebanyak atau mungkin lebih rasa negetif terhadap orang tua sendiri?
Jadi bagaimana mekanismenya sampai dari benci ayah jadi benci atau mempertanyakan Tuhan dan malas menjalankan perintahNya?
Jadi.. sederhana saja, sesuai dengan perkembangan otak dan  cara berfikirnya. Dia merasa dan mengetahui bahwa seharusnya dia punya ayah yang membuatnya atau sepatutnya mendapatkan perhatian, dikasihi dan disayangi, dilindungi, di bela, diberikan semangat, didampigi, dan ada tempat untuk mengadu dan menyandarkan jiwa…
Semua tidak didapatkannya, sehingga dia merasakan semua rasa yang dituliskan diatas. Apalagi kalau dia sudah pandai membandingkan dengan teman temannya yang terpenuhi haknya oleh ayahnya.
Mula mula dia bingung, kemudian tidak suka dengan keadaan dirinya, tidak suka sama ayahnya (berjuta rasa campur aduk tentang dan terhadap ayahnya, tak bisa diungkapkan), tidak suka sama aturan agama  yang mengharuskan dia untuk tetap tunduk, patuh dan hormat pada ayahnya, padahal perasaannya semua negatif. Terakhir dia tidak suka pada Tuhannya mengapa  memberikan dia ayah seperti itu dan mengharuskan pula dia menghormatinya..Sebagai orang tua, anda jangan marah dulu. Semua ini diungkapkan dari kaca mata anak yang umumnya ketika semua proses ini berlangsung, otak mereka saja  belum sempurna berhubungan!.
Selain proses tersebut, ada suatu proses kejiwaan lain yang terjadi yaitu Konflik perasaan  atau kontradiksi. Disatu fihak dia tak suka atau benci pada ayahnya tetapi di fihak lain sesungguhnya dilubuk jiwanya: dia rindu bahkan sangat mendambakan kasih sayang cinta dan perhatian dari ayahnya… Kasian!
Perasaan dan pemikiran ini umumnya tidak ada yang faham apalagi bersedia menguraikannya dan mengalirkannya. Anak malah dapat macam macam CAP sesuai dengan pola pemikiran orang dewasa: Anak yang bandel, nakal, goblok,  keras kepala, bermasalah,  pelawan, gak ada harapan, susah diatur dsbnya dsbnya…Maka jadilah anak seperti apa yang dia dengar orang menilanya dan mencapnya..
Berapa banyak kita menemukan anak anak yang seperti ini disekitar kita? Siapa yang berani meneriakkan kenyataan ini ke telinga jiwa ayahnya?
Hanya Allah jualah yang tahu  apa yang telah kami upayakan. Ditahap tahap awal , belasan tahun yang lalu, kami melatih ibu ibu untuk bicara dengan ayah anak anaknya. Mereka kami ajarkan kiat kiat, lalu role play dalam pelatihan pelatihan. Kemudian kami sosialisasikan tehnik bicara yang lain, yaitu :
1. Pilih waktu bicara (Menurut seorang ahli waktu yang paling tepat adalah setelah melakukan hubungan suami istri, sehingga keadaan relaks dan nyaman.
2. Isyu yang dibawa harus yang genting atau kritis ( harus merumuskan dulu kegentingannya).
3. Kalimat yang digunakan harus pendek dan sederhana tidak boleh lebih dari 15 kata..!!
Biasanya kami berikan kesempatan praktek dalam seminar2 kami yang umumnya riuh rendah dengan gelak tawa.
Kemudian akhir akhir ini kami mengajak semua pasangan untuk mengenali dirinya sendiri lebih jauh. Kami mensosialisasikan  dikota maupun di desa desa tentang inner child negative yang harus dibuang dan innerchild positif yang harus di “install” ketika cuaca hati lagi mendung berat atau halilintar dan kilat menyerang. Kami ajak suami  mengenal pola asuh dan pembesaran dirinya dan kemudian mengenali hal yang sama pada istrinya atau sebaliknya. Kemudian keduanya, karena Allah harus bekerja sama untuk menyembuhkan  atau sekurang2nya mengatasi bersama masalah mereka . Kalau tak selesai juga,  berarti mereka berdua perlu mencari bantuan ahli.
Memang orang tua terutama ayah, sebagai pemimpin dan pendidik  keluarga mutlak  memiliki  ketakutan pada Allah dan panasnya api neraka dalam hal pemenuhan kebutuhan jiwa anak anaknya. Apalagi kini kita hidup di era digital kalau anak sudah kecanduan berbagai hal, otak mereka terganggu atau rusak fungsinya. Apa yang diharapkan dimasa tua kita kalau tak tertangani dan teratasi cepat masalahnya?. 

Anak kan bukan hanya investasi dunia tetapi terlebih lagi mereka adalah investasi akhirat, karena ketika kita sudah berada dialam yang berbeda, dialah satu satunya yang doanya tak berjarak dengan kita.
Lagi  pula habis habisan amat untuk menyiapkan bagi mereka bekal didunia yang hanya maksimal 80 tahun mereka nikmati, apa yang sudah ayah persiapkan bagi merek nanti ratusan tahun berada dibawah bumi?
Pulanglah ayah, yah  kerumah, duduklah dikursi “kerajaan” dalam istanamu dan berfungsilah ayah sesuai tugas dan tanggung jawabmu!. Jabatan ada akhirnya, Gaji akan mengecil jumlahnya, syukur kalau ada pensiun, kalau tidak ?. Tabungan akan menipis, biasanya  sebagian besar digunakan untuk berobat karena gangguan fisik dan jiwa sebab sudah renta.. Anak bukan hanya jauh tapi dia tak perduli..  karena waktu dia kecil sampai dewasa, dia juga tak dapat waktu dan perasaannya tidak diperdulikan… Pedihnya..
Bayangkanlah ayah, kalau tak kau penuhi kebutuhan jiwa dan spiritual anakmu, maka mereka benci dan dendam padamu dan akan berlanjut pada benci serta tak patuh pada Allah kita. Bagaimanalah ayah akan menjawab bila hal ini ditanya Allah di padang Mahsyar nanti ?  Berakhir dimanakah perjalanan hidup kita ini?.
Supaya sejarah tak berulang marilah kita rubah pengasuhan anak lelaki kita mulai hari ini..
Wallahualam bisshawab..
Semakin lelah terasa jiwa ini
Ditulis oleh Elly Risman

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.