Parenting, Pengetahuan Umum

AWAS, GENERASI LEMAH BISA MUNCUL AKIBAT PANDEMI

 

Kak Eka Wardhana

 

Salah satu kriteria generasi lemah dalam Islam adalah generasi yang kurang ilmunya. Pandemi yang kita alami sekarang, sangat mungkin akan menurunkan kualitas ilmu anak-anak yang sedang tumbuh sekarang.

 

Kok bisa?

 

Pertama: Faktor Gadget. Pandemi membuat kita semua mengandalkan gadget, selain sebagai alat belajar juga sebagai alat penghibur. Yang jadi masalah tentu bukan gadgetnya, tetapi faktor kecanduan gadget.

 

Gadget bagi balita bisa menghambat perkembangan bicara anak. Betapa tidak, gadget akan membuat anak diam, tidak melatih kemampuan bicaranya. Anak yang terbatas kemampuan bicaranya akan sulit berprestasi saat masuk sekolah.

 

Gadget juga membuat imajinasi anak terhambat, sebab apa yang didapat dari gadget sudah lengkap semuanya: gambar, gerakan, warna dan suara. Hal ini tak membuat otak bekerja keras untuk berimajinasi, berbeda dengan buku.

 

Anak yang imajinasinya terhambat sulit menjadi orang kreatif kelak. Padahal di masa depan, orang kreatif lebih punya peluang sukses dibanding yang tidak kreatif.

 

Kedua: faktor kurangnya sosialisasi. Betapa sedih dan aneh melihat anak yang masuk sekolah baru (misalnya anak SD ke SMP, dst) tidak bertemu kakak kelas atau teman sebaya yang sama sekali belum pernah ditemui.

 

Kurangnya pengalaman berteman dan bersosialisasi akan membuat anak canggung saat kelak terjun ke masyarakat.

 

Ketiga: faktor keteladanan guru. Tentu saja mendengar, melihat dan berinteraksi langsung dengan guru akan memberi banyak sekali contoh untuk anak tiru. Berbeda bila hanya berinteraksi lewat layar.

 

Kurangnya faktor keteladanan guru akan membuat kebingungan anak menyikapi suasana belajar yang lebih komplek saat ia kelak harus kuliah atau mulai bekerja.

 

Keempat: faktor kejenuhan orangtua. Tentu saja ada faktor jenuh saat orangtua dan anak berinteraksi setiap hari tanpa mengalami hal-hal yang baru. Faktor kejenuhan membuat interaksi anak dan orangtua bisa naik turun bahkan memburuk.

 

Buruknya hubungan dengan orangtua akan membuat anak mengalami krisis identitas saat memasuki usia dewasa.

 

Semoga kita mewaspadai hal-hal ini dari sekarang.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *