News

MENCEGAH MUDHARAT DENGAN SIKAP MUDARAT

Kesalahan harus diluruskan, kerusakan harus diperbaiki dan kekeliruan perlu dikoreksi. Hancurlah keluarga jika suami membiarkan istri dalam kerusakan dan kemaksiatan karena abai saat mulai melakukan kekeliruan demi kekeliruan. Hancur pula anak sehingga jauh dari agama, meskipun tampaknya lancar lisan membaca Al-Qur’an tetapi tak masuk ke dalam hatinya, jika orangtua membiarkannya karena lisan takut berkata jangan.⁣⁣

Hal yang sama berlaku manakala istri melihat suami mulai tergoda melakukan kemaksiatan, meskipun masih “sangat ringan” atau tergelincir ke dalam fitnah syahwat maupun syubhat. Hancurlah keluarga jika istri abai disebabkan sikap mudahanah (berlunak-lunak terhadap kemaksiatan dan kemungkaran karena ingin memperoleh ridha manusia, meskipun itu istri atau suami sendiri).⁣

⁣⁣

Abai terhadap kekeliruan dan kesalahan merupakan sikap yang mendatangkan mudharat sangat serius bagi keluarga. Tetapi tergesa-gesa dalam meluruskan juga dapat menyebabkan kerusakan yang sama atau bahkan lebih besar. Maka seorang suami perlu mencegah istrinya dari mudharat, sebagaimana keduanya sebagai orangtua harus menjauhkan anak-anaknya dari mudharat, dengan menegakkan sikap mudarat.⁣⁣

⁣⁣

Jadi, yang menjaga keluarga dari mudharat adalah sikap mudarat (المدَاراة). Apa itu mudaarat? Ibnu Al-Baththal berkata:⁣⁣

⁣⁣

المدَاراة خفض الجناح للناس ولين الكلام وترك الإغلاظ لهم في القول⁣⁣

⁣⁣

“Mudarat adalah merendahkan diri di depan orang lain, melembutkan perkataan dan tidak kasar kepadanya dalam berkata.”⁣⁣

⁣⁣

Salah satu unsur penting dalam menegakkan al-mudarat adalah bersikap tenang, tidak tergesa-gesa, tidak gegabah sekaligus ceroboh (ath-thaisy), tidak pula berlambat-lambat dalam memperbaiki kerusakan dan meluruskan kesalahan. Sikap inilah yang disebut dengan at-ta’anni (التَأَنِّي). Lembut sikap dalam menegakkan kebaikan dan kebenaran. Bukan bersikap lunak, sehingga mengorbankan kebenaran hanya karena tidak ingin ribut dengan anak, istri, suami atau anggota keluarga lainnya. Yang terakhir ini terangkum dalam makna al-mudahanah dan termasuk salah satu sikap tercela.⁣⁣

⁣⁣

Berkenaan dengan ta’anni, secara khusus Rasulullah ﷺ menyampaikan:⁣⁣

⁣⁣

التَّأَنِّى مِنَ اللَّهِ وَالْعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ⁣⁣

⁣⁣

“At-ta’anni itu dari Allah, dan sikap tergesa-gesa itu dari setan.” (HR. Al-Baihaqi).⁣⁣

⁣⁣

⁣⁣

Maksud hati mau menulis tentang hikmah, kapan sesuatu dapat disebut hikmah serta apa pula i’tibar dan ibrah agar kita tidak bermudah-mudah menyebut hikmah padahal yang dimaksud adalah ibrah, tetapi ternyata yang muncul justru mengenai menegakkan mudarat untuk menjauhkan diri dan keluarga dari mudharat. Masalahnya dalam KBBI mudharat pun ditulis mudarat.⁣⁣

 

Ditulis oleh : Mohammad Fauzil Adhim

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.