Pengetahuan Umum

PERJUANGAN PROFESOR NUR RICHANA MERAIH GELAR DOKTOR PENDIDIKAN ISLAM

Oleh: Dr. Adian Husaini

 

Namanya Nur Richana. Umurnya 67 tahun. Ia bukan orang sembarangan. Ia seorang profesor dalam bidang ilmu pangan. Pada 25 Agustus 2021 lalu, di usianya yang ke-67 tahun, ia meraih gelar doktor dalam bidang Pendidikan Islam di Universitas Ibn Khaldun Bogor. Disertasinya berjudul: “Konsep Pendidikan Akhlak Makan Dengan Teladan Rasulullah saw dalam Perspektif Ilmu Untuk Kesehatan.”

 

Melalui penelitian lapangan dan jurnal-jurnal mutakhir, Prof. Nur Richana membuktikan, bahwa Rasulullah saw telah memberikan keteladanan akhlak yang sangat mulia dalam soal pendidikan makan. Bahan bakanan yang dikomsumsi Rasulullah saw mengandung nutrisi yang dibutuhkan manusia, seperti kurma, anggur, semangka, zaitun, delima, labu, ikan dan daging.

Rasulullah saw lebih banyak mengkonsumsi buah dan sayur dibanding daging. Nabidz, susu onta dan kambing pun merupakan bahan makanan yang baik. Saat ini dikenal istilah “infuse water”. Hebatnya, Rasulullah saw mengkonsumsi bahan-bahan itu secara teratur sehingga merupakan model pendidikan akhlak yang hebat, dengan menekankan pada keteladanan.

 

Cara makan Rasul pun, menurut Prof. Nur Richana, juga memberikan pendidikan pola makan yang sehat. Misalnya, menjaga pencernaan dengan 1/3 makanan padat, 1/3 air, dan 1/3 udara, itu persis dengan desain bio-reactor untuk kehidupan sel yang ditemukan pada abad ke-19. Begitu juga pola makan dengan mengunyah 30-50 kali dan ada juga yang sampai 70-75 kali, merupakan cara makan yang baik untuk kesehatan.

 

“Itu membantu hidrolisis kerbohidrat menjadi glukosa dan selanjutnya menjadi energi, bahkan dapat mengurangi jumlah kalori untuk penernaan sebanyak 70 kalori,” simpul Prof. Nur Richana.

Sebagai salah satu pembimbing disertasi, saya hanya memberikan masukan agar aspek pendidikan juga ditonjolkan dalam disertasi ini, sebab beliau memang sudah melakukan penelitian yang panjang tentang topik disertasi itu. Rasulullah saw memang diutus kepada umat manusia untuk menjadi “uswah hasanah”. Rasulullah saw adalah suri teladan dalam seluruh aspek kehidupan.

 

Beliaulah satu-satunya manusia yang akhlaknya sempurna. Al-Quran memuji akhlak Rasul yang sangat agung: “wa-innaka la’alaa khuluqin adhiim.” Menurut Aisyah r.a.. akhlak Rasulullah saw adalah al-Quran.

Disertasi Prof. Richana ini memperkuat bukti bahwa Rasulullah saw memang menjadi uswah terbaik dalam soal pendidikan akhlak manusia, termasuk dalam akhlak makan. Mungkin belum banyak yang tahu, bahwa salah satu buah kesukaan Rasulullah saw adalah semangka. Menurut Aisyah r.a., Rasulullah saw pernah makan buah semangka dengan kurma. (HR Abu Dawud dan At-Tirmidzi).

 

Kandungan kalium dalam semangka dapat menurunkan tekanan darah, sedangkan kerotenoid dapat mencegah pengerasan dinding arteri maupun pembuluh darah vena, sehingga dapat mengurangi tekanan darah. Semangka sebaiknya dikonsumsi sebelum makan, karena dapat memperbaiki pencernaan. Hasil penelitian Manno et.al. (2016), semangka terbukti dapat menurunkan tekanan darah.

 

Buah lain yang dikonsumsi Rasulullah saw adalah mentimun. Dalam hadits riwayat Imam Muslim dan at-Tirmidzi, dikabarkan, bahwa Rasulullah saw pernah mengkonsumsi mentimun. Dengan kandungan senyawa aktif steroid, terpenoid, alkaloid, fenolik, flavonoid, dan saponin, mentimun mempunyai daya antioksidan. Karena itu, mentimun baik untuk memutihkan kulit dan menghambat timbulnya jerawat, serta menurunkan resiko penyakit jantung dan penyakit degeneratif lainnya.

 

Menurut hadits riwayat Imam Muslim, Rasulullah saw menyenangi daging kambing bagian lengannya. Hasil penelitian menunjukkan, daging kambing mempunyai kandungan asam lemak jenuh lebih rendah dari daging lain. Namun, Rasulullah saw lebih banyak mengkonsumsi sayuran setiap harinya. Hanya sekali-kali mengkonsumsi daging.

 

Demikianlah, sebagian isi disertasi Doktor Pendidikan Islam dari Prof. Nur Richana, yang semoga memberikan sumbangan berharga dalam pendidikan pola makan sehat bagi para santri/pelajar dan juga seluruh masyarakat. Rasulullah saw adalah guru terbaik. Beliau mendidik dengan cara memberi contoh.

Dengan pola makan dan bahan makanan yang baik, Rasulullah saw terbukti memiliki fisik terbaik. Dalam usia sekitar 55-60 tahun, beliau masih mampu memimpin perang. Begitu juga sahabat-sahabat Nabi mempunyai fisik yang hebat, yang mampu mengalahkan pasukan Romawi.

 

Sebagai tindak lanjut dari penulisan disertasinya, Prof. Nur Richana juga membuat sejumlah contoh liflet tentang “Konsep Pendidikan Cara Makan dengan Teladan Rasulullah saw”. Ia berharap, pendidikan pola makan sehat itu akan diterapkan di sekolah-sekolah atau lembaga pendidikan lainnya.

Tentu saja dengan sejumlah kelemahan disertasinya, usaha seorang guru besar dalam meraih ilmu pendidikan Islam, sangat patut diapresiasi. Apalagi, dalam menyelesaikan pendidikan doktor keduanya itu, Prof. Nur Richana juga ditimpa berbagai musibah. Namun, ia terus berjuang sampai tuntas. Semoga ini menjadi contoh bagi para orang tua dalam mencari ilmu sampai akhir hayat. Aamin.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.