Parenting

10 Kiat Bersabar dalam Mendidik Anak

Berikut ini beberapa kiat untuk membangun rasa sabar ayah dalam mendidik anak.

 

PERTAMA. BERPIKIRLAH POSITIF

 

Menghadapi kasus-kasus di atas, tidak ada jalan lain kita harus mengubah pusat perhatian pada dimensi positif menjadi ayah. Karena pada

kenyataannya tingkah laku negatif anak dapat diatur dan diatasi dengan pendekatan yang positif.

 

Berdasarkan prinsip di atas, inilah beberapa pendekatan dalam berpikir positif:

 

– Mengatasi konflik dan bukan memperburuk konflik

 

Keributan antara anak dengan anak atau anak dengan ayah tidak akan

pernah berhenti jika tidak pernah diselesaikan. Ayah yang berpikir positif

adalah ayah yang mencoba mencari akar permasalahan dan mencari jalan keluar yang jelas. Bukan ayah yang gegabah memangkas atau menyimpulkan sesuatu di ujung persoalan.

 

Contoh:

 

Banyak anak kita yang sangat susah tidur di malam hari. Mereka mampu bertahan bermain berjam-jam melewati batas kantuk orang dewasa.

 

Biasanya, ini menjadi masalah besar di sebagian ayah. Kita tidak jemu-jemunya memberikan ceramah agar mereka pergi tidur. Tidak sedikit dari kita yang memaksa anak-anak memejamkan matanya dengan ara-cara yang kasar penuh ancaman, mungkin juga pukulan.

 

Yang harus dilakukan:

 

Carilah asal permasalahannya dengan memperhatikan, apakah tidur siangnya terlalu banyak. Ataukah sebelum tidur malam, anak terus berlarian sehingga jantungnya masih berdegup dan dia belum dapat tidur dengan tenang. Atau kembangkanlah berbagai kemungkinan sampai kita menemukan asal permasalahannya.

 

– Lihatlah kelebihan bukan kekurangannya

 

Jika anak kita sering bertingkah laku negatif, ayah mudah kehilangan

pandangan tentang anaknya. Menjadi ayah positif berarti ayah

mengetahui bahwa anak juga memiliki hal yang positif di dalam dirinya.

 

Contoh:

 

Zaki, 7 tahun, sulit sekali dilarang. Apa saja yang dikerjakannya selalu

menimbulkan pertengkaran dengan ayahnya. Sampai-sampai ayahnya berpikir Zaki ini ‘anak siapa’ sih, yang dikerjakan semuanya tidak ada yang benar.

 

Yang harus dilakukan:

Kita seringkali lebih sibuk dengan tingkah laku negatif anak. Sehingga anak berkesimpulan “kalau nakal pasti ayah perhatikan aku”. Anak-anak tidak peduli dengan bentuk perhatian. Dimarahi lebih baik daripada tidak diperhatikan. Mungkin Ayah Zaki perlu mengubah perhatiannya lebih pada hal yang positif.

 

– Ajarkan tingkah laku yang diharapkan dan jangan menyalahkan

 

Tekanan tingkah laku negatif anak seringkali membuat kita menyalahkan anak setiap waktu. Ayah yang positif mencari jalan untuk dapat

mengubah tingkah laku anaknya.

 

Contoh:

 

“Imah, kenapa sih kamu masih ‘malak’ teman kamu? Uang udah Ayah

kasih, kok masih ‘malak’ juga? Otaknya di mana sih. Mikir dong, apa kata

tetangga. Si Imah nih ayahnya nggak pernah mendidik. Anaknya mintain duit teman-temannya melulu.”

 

Yang harus dilakukan:

 

Daripada menyalahkan, lebih baik berikan Imah peraturan, misalnya

 

“Imah, Ayah tahu kamu kadang-kadang ingin beli mainan atau beli makanan, sedangkan uang Imah tidak cukup. Sekarang Imah nggak usah minta lagi ke teman-teman, tapi Imah bilang sama Ayah. Nanti insya Allah, kalau Ayah ada uang, Ayah akan belikan atau nanti Ayah kasih uang tambahan untuk menabung. Ingat ya Mah….”

 

Kalau Imah melaksanakan peraturan yang sudah disepakati, berikan pujian kepada anak dan hargai usaha anak.

– Lakukan kendali/kontrol, jangan pasif

 

Anak-anak dapat ‘menguasai’ hidup kita, mendominasi waktu kita dan membuat ayah menjadi tidak berdaya. Ayah yang positif akan melakukan

kendali pada anaknya.

 

Contoh:

 

Setiap kali pulang sekolah, Ami selalu membawa mainan baru. Ketika ditanya oleh ayahnya, Ami mengatakan ia tidak meminta mainan temannya tapi dihadiahkan oleh temannya.

 

Yang harus dilakukan:

 

Ayah tidak boleh percaya begitu saja. Ayah harus melakukan pengecekan

scara detil. Kalau perlu, ayah harus pergi ke sekolah tanpa setahu Ami. Untuk meyakinkan bahwa Ami tidak meminta tapi memang temannya yang memberikan.

 

Insya Allah, dengan tidak memeruncingkan masalah, akan membuat

hidup kita dengan anak-anak lebih mudah. Kita akan merasa

menjadi ayah yang nyaman, bahagia. Dunia menjadi terbentang

lapang.

 

Ayah Irwan Rinaldi

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *