News

2021: TERUSLAH BERBURU ILMU DAN KEBAHAGIAAN

”Dan katakanlah, Ya Rabbi, tambahlah ilmuku!”. (QS Thaha: 114). Itulah perintah Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw. Doa itu menunjukkan begitu pentingnya kedudukan ilmu dalam Islam. Setiap saat, kita diminta selalu menambah ilmu, dimana saja, dan kapan saja!

 

Ilmu merupakan hal yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia. Dan Islam adalah agama yang sangat menghargai ilmu. Al-Quran merupakan Kitab yang begitu besar perhatiannya terhadap aktivitas pemikiran dan keilmuan. Ini, misalnya, tergambar dari penyebutan kata “al-‘ilm” dan derivasinya yang mencapai 823 kali.

 

Bahkan, yang diajarkan pertama kali kepada Nabi Adam a.s. adalah pengetahuan tentang nama-nama benda (QS al-Baqarah:31). Wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw berkaitan dengan perintah membaca (Iqra’) dan menulis yang disimbolkan dengan ”pena” (qalam). Wahyu ini pun sudah berbicara tentang proses penciptaan manusia yang berasal dari ”al-alaq” (sesuatu yang melekat). Tetapi, sejak awal, sudah diingatkan, bahwa proses membaca dan belajar tidak boleh dipisahkan dari dasar keimanan.

 

Semua harus dilakukan dengan nama Allah (Iqra’ bismi rabbikalladzii khalaq). Karena itulah, tradisi ilmu dalam Islam sejak awal sudah bersifat ”tauhidiy”, tidak sekuler, tidak mendikotomikan antara unsur dunia dan unsur akhirat; antara ilmu-ilmu dunia dan ilmu akhirat; semua ilmu itu bermuara pada satu tujuan: yaitu untuk mengenal (ma’rifah) kepada Allah SWT dan mencintai ibadah kepada-Nya.

 

Maka, Allah perintahkan: ”Ketahuilah, sesungguhnya tiada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah.” (QS Muhammad:19). Jadi, untuk sampai pada kesimpulan, bahwa”Tidak ada Tuhan selain Allah”, harus berdasarkan ilmu; bukan atas dasar ikut-ikutan.

 

Al-Quran menjelaskan perbedaan antara orang yang berilmu dan yang tidak berilmu. Orang yang beriman dan berilmu akan diangkat derajatnya: Katakanlah, tidaklah sama, orang yang tahu dan orang yang tidak tahu.” (QS az-Zumar:9). “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu, beberapa derajat.” (QS al-Mujadalah:11).

 

Karena itulah, Allah mengecam keras orang-orang yang tidak menggunakan segala potensinya untuk berpikir dan meraih ilmu, sehingga dengan ilmu itu mereka meraih hidayah. Orang-orang seperti ini, dalam al- Quran, disamakan derajatnya dengan binatang ternak: “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka jahannam kebanyakan dari jin dan manusia; mereka mempunyai qalb tapi tidak untuk memahami (ayat-ayat Allah), dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak digunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS al-A’raf:179).

 

Rasulullah saw bersabda: ”Barangsiapa yang dikehendaki Allah dengan kebaikan maka Allah menjadikannya faqih (memahami dengan baik) dalam masalah agama (Islam) dan mengilhami petunjuk-Nya.” (Muttafaq alaihi).

 

Para pencari ilmu juga diberikan penghargaan yang sangat tinggi. Kaum Muslimin wajib berusaha sekuat tenaga untuk mencari ilmu (thalabul ilmi). Selain pahalanya sangat besar, ilmu juga menjadi landasan keimanan dan landasan amal. Banyak orang yang terpedaya dengan nikmat sehat dan kelonggaran, sehingga tidak dapat memanfaatkan waktu itu dengan baik. Rasulullah saw bersabda: “Dua kenikmatan yang manusia banyak tertipu, yaitu nikmat kesehatan dan nikmat waktu lapang.” (HR Bukhari).

 

Rasulullah saw bersabda: ”Barangsiapa menempuh jalan yang padanya dia menuntut ilmu, maka Allah telah menuntunnya jalan ke surga.” (HR Muslim). ”Sesungguhnya malaikat itu membentangkan sayapnya pada orang yang menuntut ilmu karena ridha dengan apa yang ia lakukan.” (HR Ahmad, Ibn Hibban, dan Hakim). ”Barangsiapa didatangi kematian dimana dia sedang menuntut ilmu untuk menghidupkan Islam, maka antara dia dan para Nabi di surga adalah satu tingkat derajat.” (HR Ad Darimi dan Ibn Sunni dengan sanad hasan). (Hadits shahih dan hasan serta pendapat sahabat pada bagian 3 dan 4 ini dikutip dari Kitab Ihya’ Ulumuddin karya Imam al-Ghazali).

 

Imam Syafii, dalam salah satu syairnya menyatakan: ”Wa man lam yadzuq murrat-ta’allumi saa’atan; tajarra’a dzullal jahli thuula hayaatihi” (Barangsiapa yang tidak pernah merasakan pahitnya mencari ilmu – walaupun sesaat – maka ia akan terjerumus dalam kebodohan yang hina sepanjang hayat.). Dan khusus untuk pemuda, Imam Syafii berpesan: ”Wa man faatahu at-ta’liimu waqa syabaabihi; fakabbir ’alaihi arba’an li-wafaatihi.” Lihat, buku Koleksi Syair Imam Syafi’i, karya Yusuf Syekh Muhammad al-Baqi (Terj. Drs. Abdul Rauf Jabir, Pustaka Amani Jakarta).

 

Maka, Rasulullah saw memerintahkan kita semua: ”Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim!” Ilmu yang wajib dicari adalah ilmu yang bermanfaat (ilmu nafi’). Yaitu, ilmu yang menjadikan pemiliknya semakin dekat dengan Allah SWT.

 

Patut kita catat, ada juga ilmu yang tidak bermanfaat dan ilmu yang mudharat; yaitu semua ilmu yang menjadikan pemiliknya semakin jauh dari Allah. Bahkan, dengan ilmunya, ia bisa menjadi orang jahat dan merusak diri dan masyarakat.

 

Prof. Naquib al-Attas, dalam buku Islam and Secularism, memberikan gambaran singkat tentang tujuan ilmu – yang juga merupakan tujuan utama Pendidikan – yaitu: “The purpose for seeking knowledge in Islam is to inculcate goodness or justice in man as man and individual self.” Jadi, orang yang bertambah ilmunya, harusnya semakin menjadi orang yang semakin mulia, karena adil dekat dengan taqwa. Dan orang yang termulia adalah yang paling bertaqwa!

 

Karena itulah, memasuki 2021, semoga kita semakin bergiat dalam mencari ilmu, atau terlibat dalam aktivitas keilmuan. Dengan itu, insyaAllah, hidup kita semakin bahagia! Aamiin.

 

Ditulis Oleh: Dr. Adian Husaini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.