News

Bunda Masih Suka Marah?

Apa kabar sobat pundi? Semoga semua dalam lindungan dan petunjuk Allah swt.

Hari ini saya ingin memberi sedikit tips untuk para Bunda yang masih suka marah pada anaknya:

1. Jangan berharap banyak pada suami, cari kekuatan pada dirimu sendiri. Saat kesal pada suami, banyak para bunda yg marah ke anak. Berharaplah hanya pada Allah, mohon padaNya agar ikhlas menerima karakter suami. Saat kita ikhlas, Allah akan beri yg paling sesuai untuk kita. Karena semakin berharap tapi tak dapat, itu lebih menyakitkan daripada tak berharap tapi dia mengerti walau sedikit, yg sedikit itu jadi banyak terasa.

2. Ingat selalu saat anak berbuat salah, pisahkan perilaku anak dengan orangnya. Saat anak terlihat nakal dan berbuat yg tak sesuai harapan, itu adalah perilakunya yg salah, jangan hakimi orangnya. Perilaku masih bisa di rubah, tapi menghakimi anak memberi label itu akan membekas. Daripada berkata “Kamu nakal! Kamu bodoh!” lebih baik pikirkan solusinya agar anakmu baik dan cerdas, dengan memberi fasilitas untuk menstimulasi kecerdasannya.

3. Jangan selalu menyalahkan anakmu atas kesalahannya. Daripada capek-capek menyalahkan anak, lebih baik evaluasi diri “Sudahkah aku jadi orangtua yg benar mendidik anak?” kalau merasa belum, segera update ilmu parenting. Bergabunglah pada komunitas parenting, baca buku parenting, tambah ilmu iman dan islam.

4. Saat anak terlihat nakal, coba reframe fikiran, anak-anak itu pada dasarnya baik. Bila anak melakukan kesalahan, itu hal biasa. Itu adalah cara mereka untuk bertumbuh dan mendapat didikanmu. Tak ada anak yg tak pernah berbuat masalah, orangtua yg tidak sabar adalah mereka yg tidak siap anaknya bermasalah.

5. Mendidik anak bukan hanya memarahi dan menghakimi tanpa mereka tau apa alasan kita memarahi dan memerintah mereka sesuka hati. Misal “Segera mandi! Segera makan! Segera belajar! Segera solat!” Bagaimana anak-anak mau melakukan itu semua kalau dia belum tau alasan untuk apa melakukan itu semua. Maka ajaklah diskusi!

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Hasyr: 18)

Sebagai seorang muslim, setidaknya ada 3 tujuan utama mengapa kita harus mendidik anak kita.

1. Dalam Rangka beribadah/menghambakan diri pada Allah swt.

Allah katakan dalam Alquran surah adz-Dzariyat ayat 56

“Dan Aku (Allah) tidaklah menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”

2. Menjadi khalifah dimuka bumi.

Allah katakan dalam Quran surah al-Baqarah ayat 30 dijelaskan tentang tugas manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi.

3. Meneruskan dakwah Rosulullah saw.

Tugas ini diemban orang-orang yang beriman kepada Allah SWT. Yang didakwahkan adalah Islam, sebagai satu-satunya agama yang diridhai di sisi Allah Ta’ala. Agar terus terwarisi ajaran Islam yang rahmatan lilalamin.

Sahabat-sahabat yang saya cintai karena Allah..

Dari 3 tujuan diatas, smoga kita jadi lebih tenang ya dalam mendidik anak kita.

Mari kita luruskan niat kita kembali, mari kita sadari apa maunya Allah mengirimi kita anak.

Anak yg Allah titipkan pada kita adalah jalan amal solih untuk kita.

Dunia ini ibarat rumput, akhirat ibarat padi. Bila kita menanam padi maka rumput akan tumbuh di samping padi, tapi bila kita menanam rumput sampai kiamat pun padi tak kan tumbuh di samping rumput.

Begitulah isyarat yg Allah berikan untuk kita. Agar kita tidak sekedar menitipkan anak di sekolah lalu kita lepas tangan begitu saja.

Karena kelak yg akan ditanyakan oleh Allah atas nasib anak kita, adalah KITA ORANGTUNYA.

Secara garis besar, ada 2 peran penting orangtua pada anaknya:

Memberikan kebutuhan dasar fisik (Makan, minum, tempat tinggal, pakaian)

Memberikan kebutuhan psikologis (kasih sayang, cinta, perhatian, pengakuan, perlindungan, rasa aman, pujian, nilai hidup, iman dan islam).

Sedangkan peran guru selain menjaga dan meneruskan peran yang sudah ditanamkan orangtua pada anak di rumah maka guru juga bertugas menanamkan ilmu pengetahuan.

Tapi saat ini, banyak kita temui (Semoga tidak berlaku untuk member grup ini) orangtua menyerahkan sepenuhnya peran orangtua diambil alih oleh guru. Guru jadi kebanjiran pahala dan job, ya menanamkan ilmu ya menanamkan akhlak juga. Padahal menanamkan akhlak itu bukan semata-mata tugas guru, tapi KEWAJIBAN ORANGTUA. Guru hanya membantu menjaga dan menguatkan akhlak itu di sekolah. Tapi sekarang, terbalik.

*”Sungguh, tidak ada pemberian dari seorang ayah kepada anaknya yang lebih utama dari pada adab yang baik.”* (HR Tirmidzi).

Jadi sahabat-sahabatku, ayah bunda semua pendidikan generasi masa depan…

Ga usah galauuuu…

Kalau anak kita belum bisa baca, hanya karena lihat teman sekelasnya udah pada bisa baca.

Ga usah sediiihhh…

Bila anak kita ga bisa tampil di depan umum, hanya karena lihat anak orang lain berani tampil.

Ga usah lebaaayyy…

Memaksakan anak kita juara kelas sampai marah-marah hanya karena malu lihat kakak, adik atau anak tetangga yg juara.

Karena saat kita sudah punya tujuan jelas, untuk apa kita didik anak kita, insyaAllah galau, sedih, putus asa dan amarah akan jauh. Karena semua kita niatkan karena Allah dan kita kembalikan pada Allah.

Husnudzon dan ikhlas pada taqdir terbaik dari Allah, membuat hati kita tenang dan tentram dalam membersamai anak.

Wallahu’alam.

Semoga bermanfaat.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *