Sedekah

Sedekah Unik Ala Sahabat Rasul dan Umat Terdahulu

 

Sahabat-sahabat Rasul dan umat terdahulu amat dikenal dengan kemuliaan mereka. Kecintaan mereka pada Islam membuat mereka terus berpikir keras, bagaimana agar mereka tidak meninggalkan satupun harta kecuali hanya untuk Islam. Berlomba-lomba untuk menyedekahkan apa yang dimiliki bahkan telah menjadi watak para sahabat dan umat terdahulu.

 

Banyak bentuk sebenarnya yang bisa dipraktikkan dalam bersedekah. Sedekah tak melulu soal memberi uang tunai dalam jumlah yang banyak. Para sahabat dan umat terdahulu di bawah ini memperlihatkan berbagai bentuk unik dari sedekah yang juga bisa kita praktikkan:

 

1. Sedekah Lewat Utang

Qays bin Saad adalah seorang pembantu nabi. Ia merupakan anak dari sahabat yang mulia Saad bin Ubadah bin Dulaim. Saat sang ayah masuk Islam, ia membawa Qays ke hadapan rasul dan mengatakan bahwa Qays adalah pembantu rasul yang siap membersamainya. Qays pun berkhidmat selama 10 tahun dan ditugaskan mengusap sepatu dan menyiapkan air wudhu bagi rasul.

 

Qays lahir dalam keluarga yang dikenal ringan tangan. Mereka sangat senang membantu orang lain yang mengalami kesulitan. Salah satunya adalah kesulitan utang.

 

Lewat utang inilah, Qays memiliki cara sedekah yang unik. Ia bersedekah dengan cara meridhokan utang atau uang yang dipinjam orang kepadanya. Ia menyebutnya sebagai hadiah yang tidak perlu dikembalikan.

 

Yap, perkara meridhokan utang memang susah-susah gampang. Tak banyak yang mampu melakukannya. Namun, kalau kita bisa meniru Qays, Insyaallah pahala yang besar tidak akan diragukan lagi. Sebab, utang termasuk salah satu kesulitan manusia yang terhitung besar dan memengaruhi kemaslahatan individu tersebut.

 

2. Sedekah dengan Upah

Kisah ini mungkin sering didengar, ketika ada tiga orang yang terkurung di dalam gua. Mereka akhirnya berdoa dengan menyebutkan kebaikan yang paling utama yang telah mereka lakukan.

 

Salah satu dari mereka memiliki kebaikan yang unik. Ia menyebutkan dahulu memiliki seorang pekerja. Sang pekerja diberi upah dengan tiga gantang padi tapi ia pergi tapa mengambil upah itu.

 

Akhirnya, ia menanam tiga gantang padi itu dan hasil penjualannya dibelikan beberapa sapi. Suatu saat, si pekerja kembali dengan menagih upahnya. Maka, ia sampaikan “Ambillah sapi-sapi itu. Itu adalah upahmu yang dulu tiga gantang.”

 

Dua cerita di atas adalah contoh sederhana yang menunjukkan banyaknya cara sedekah. Sedekah tidak hanya soal memberi uang. Sedekah sendiri maknanya sangat luas dan global. Mencakup segala hal.

 

Bahkan sudah lumrah kita dengar senyuman tulus kepada saudara kita adalah sedekah. “Senyum kalian bagi saudaranya adalah sedekah, beramar ma’ruf dan nahi munkar yang kalian lakukan untuk saudaranya juga sedekah, dan kalian menunjukkan jalan bagi seseorang yang tersesat juga sedekah.”(HR. Tirmizi dan Abu Dzar). Hadits ini sebenarnya sudah menjadi isyarat bahwa sedekah tidak selalu berkaitan dengan harta.

 

Dalam sebuah hadits lain disebutkan:

“Tidak seorangpun yang menyedekahkan hartanya yang halal dimana Allah menerimanya dengan kananNya (dengan baik), walaupun sedekahnya itu hanya sebutir kurma. Maka kurma tersebut akan bertambah besar di tangan Allah Yang Maha Pengasih, sehingga menjadi lebih besar daripada gunung. Demikian Allah memelihara sedekahmu, sebagaimana halnya kamu memelihara anak kambing dan unta (semakin hari semakin besar).” (HR. Muslim).

 

“Kamu menyingkirkan batu, duri dan tulang dari tengah jalan itu adalah sedekah bagimu”(HR. Bukhari).

Kedua hadits ini juga menunjukkan betapa luas dan mudahnya sedekah. Maka, tidak perlu kaya atau menunggu banyak harta hanya untuk bersedekah. Sebab, sedekah pun bisa dengan hal-hal unik yang tak melulu bersifat finansial.[kom]

 

Mari bersedekah!

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *