Pengetahuan Umum

Tahun 2045 Dimana Posisi Kita?

Ada sebagian prediksi bahwa pada tahun 2045 – tepat 100 tahun usia kemerdekaan RI – Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi keempat terbesar, setelah RRC, Amerika Serikat, dan India. Namun, seorang ekonom Malaysia pernah menyampaikan kepada saya sebuah pernyataan penting, “Hanya saja, ketika itu, umat Islam ada dimana?”

 

Sang ekonom internasional itu mengaku beberapa kali hadir dalam forum-forum ekonomi dunia. Menurutnya, Indonesia punya peluang untuk menjadi kekuatan ekonomi besar. Saya menduga, perkembangan ekonomi Indonesia itu terkait potensi sumber daya alam dan jumlah penduduk yang besar.

 

Kekuatan ekonomi yang dimaksud memang hanya dihitung dari PDB (Produk Domestik Bruto). Itu tidak menggambarkan persebaran penguasaan aset-aset ekomomi. Bisa jadi, seperti saat ini, “kue ekonomi” yang besar itu hanya dikuasai oleh beberapa orang atau beberapa perusahaan saja.

 

Maka, pertanyaan ekonom Malaysia itu menjadi penting. Ketika kue ekonomi Indonesia membesar, posisi umat Islam ada dimana? Tentu saja, umat Islam – sebagai mayoritas penduduk Indonesia – harus berjuang agar tidak menjadi umat yang termarginalkan. Umat Islam tidak boleh hanya meratapi nasib dan memaki-maki umat lain.

 

Agar bisa memberi manfaat besar bagi bangsa, umat Islam harus menjadi umat yang kuat, bukan umat yang lemah. Umat Islam harus kuat imannya, kuat akhlaknya, kuat ilmunya, kuat fisiknya, dan juga kuat ekonominya. Rasulullah saw pun sudah memberi bekal sebuah doa yang hebat: “Allaahumma inni a’udzubika minal ‘ajzi wal-kasali” (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari sifat lemah dan malas”.

 

*****

 

Pada 26 Februari 2021, saat Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII) berumur 54 tahun, buku saya terbaru selesai cetak. Judulnya: Bersama Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia Mewujudkan Indonesia Adil-Makmur 2045 (Depok: YPI at-Taqwa, 2021). Melalui buku ini, saya mengajak seluruh jajaran DDII berjuang mewujudkan cita-cita mulia para pendidi DDII yang juga para pendiri bangsa Indonesia: Mewujudkan negeri Adil Makmur dalam naungan ridho Allah SWT.

 

Visi ke depan itu perlu ditetapkan, agar kita bisa melangkah dengan tepat dan istiqamah menuju masa depan yang diinginkan. Apalagi ini menyangkut cita-cita besar membangun Indonesia menjadi negara maju, berdaulat, adil dan makmur, sesuai ketetapan Pembukaan UUD 1945.

 

Visi ke depan itu pun diperlukan agar kita tidak terjebak dalam keputusasaan menghadapi tantangan dakwah yang berat di masa kini. Kata Mohammad Natsir, dakwah selalu melihat peluang. Dakwah adalah laksana akar-akar pohon beringin yang lembut, yang masuk ke celah-celah batu karang. Perlahan-lahan, akar pohon itu terus membesar dan akan membelah batu karang.

 

Dakwah juga laksana air yang terus mengalir, tiada henti. Hanya air yang diam yang akan kotor dan membusuk. Air akan terus berusaha mengalir, mencari tempat yang lebih rendah. Jika dibendung, air akan menguap, berkumpul membentuk awan, dan akan turun menjadi hujan, mengairi tempat-tempat yang memungkinkannya.

 

Buku “Bersama Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia Mewujudkan Indonesia Adil-Makmur 2045”, dibuka dengan tawaran konsep negara maju yang telah dicanangkan dalam Pembukaan UUD 1945. Yakni, negara yang berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Maknanya, negara maju itu sejalan dengan konsep al-Quran Surat Al-A’raf ayat 96. Negara maju adalah negara taqwa. Yakni, negara yang masyarakatnya beriman dan bertaqwa kepada Allah, sehingga mereka mendapat kucuran berkah dari Allah SWT.

 

Logikanya, jika para pemimpin dan rakyat Indonesia beriman dan bertaqwa, pasti mereka akan cinta ilmu, cinta pada sesama, takut korupsi, tidak mau merusak hutan, takut menzalimi orang lain, takut buang sampah sembarangan, takut berzina, takut malas-malasan, takut membuang-buang waktu untuk hal-hal yang tidak berguna. Jika Indonesia dihuni manusia-manusia seperti itu, logisnya, Indonesia akan menjadi negara hebat.

 

Karena itulah, buku “Bersama Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia Mewujudkan Indonesia Adil-Makmur 2045” bukan hanya memuat teori-teori dakwah, tetapi juga memuat kisah-kisah teladan kehidupan dari para tokoh Dewan Da’wah: Mohammad Natsir, Sjafroeddin Prawiranegara, HM Rasjidi, Kasman Singodimedjo, Prawoto Mangkusasmito, Hussein Umar, Hartono Mardjono, dan Muzayyin Abdul Wahab. Tentu, banyak sekali kisah-kisah teladan para tokoh DDII yang belum termuat dalam buku ini.

 

DDII punya misi yang jelas, yakni melanjutkan dakwah Rasulullah saw dan para ulama di Nusantara untuk mewujudkan misi kenabian, yakni mewujudkan “rahmatan lil-alamin”. Misi dakwah Nabi adalah untuk menegakkan kebenaran dan keadilan. Beliau diutus untuk menyempurnakan akhlak.

 

Dan beliau (saw) telah memberikan teladan kehidupan yang sempurna dalam seluruh aspek kehidupan. Akhlak Rasulullah saw adalah “al-Quran”, sebaik-baik akhlak manusia. Dengan iman dan kokoh dan akhlak yang mulia itulah Rasulullah saw berhasil melahirkan satu generasi terbaik (khairun naas), yaitu “generasi sahabat”.

 

Sebagai organisasi dakwah, melalui seluruh lembaga dakwah dan pendidikannya, DDII pun terus berjuang melahirkan manusia-manusia mulia. “Kamu adalah umat terbaik yang dikirimkan kepada manusia. Kamu memperjuangkan kebaikan dan mencegah kemunkaran dan kamu beriman kepada Allah.” (QS Ali Imran: 110).

 

Semangat untuk menjadi khaira ummah dan semangat agar bisa bermanfaat untuk sesama manusia itulah yang sangat ditekankan oleh Rasulullah saw. Bahwa, umat Islam – tentu termasuk DDII — harus menjadi rahmat; harus menjadi organisasi yang bermanfaat. Karena itulah, Dewan Da’wah harus memiliki misi dan visi ke depan yang mulia dan jelas, yaitu melahirkan insan-insan mulia yang akan berjuang mewujudkan Indonesia adil makmur 2045.

 

Untuk dapat mewujudkan keadilan dan kemakmuran, Indonesia harus dipimpin oleh para para pemimpin sejati, dalam semua bidang kehidupan: politik, pendidikan, ekonomi, sosial, budaya, kesehatan, dan sebagainya. Pemimpin-pemimpin sejati itu hanya mungkin lahir dari proses pendidikan yang benar. Sedangkan pendidikan yang benar akan lahir dari konsep ilmu yang benar.

 

Oleh sebab itu, mulai tahun 2021, pimpinan DDII telah mengumumkan, bahwa seluruh Lembaga Pendidikan di lingkungan DDII harus ditujukan untuk melahirkan para pejuang (dai-dai yang baik). Lebih jauh, silakan membaca buku ini, yang sebagian besar isinya adalah kumpulan artikel di Pojok 1000 Artikel Pilihan. Artikel-artikel itu disusun menjadi satu rangkaian pemikiran yang utuh: membaca masa lalu untuk melangkah ke masa depan yang gemilang.

 

Nah, selamat membaca, semoga bermanfaat.

 

Oleh: Dr. Adian Husaini

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *