News

Tokoh Ibu Produktif Indonesia

Berbicara tentang produktifitas perempuan, aku jadi keingetan tausiahnya Mamah Dedeh di salah satu stasiun tv. Beliau berkata, “Makanya ibu-ibu, jadi perempuan itu harus segala bisa. Jangan cuma diem bae di rumah!”
Makasih, Mah, telah menamparku secara virtual. Sebenarnya sebelum Mamah Dedeh menamparku, ada satu sosok perempuan yang mengispirasiku sejak dulu jika berbicara masalah produktivitas. Tenang, kali ini bukan tokoh dari tujuh ratus tahun yang lalu, hehehe. Beliau adalah seorang ibu made in Indonesia. Dijamin ori. Prestasinya? Beuh! Gak usah ditanya lagi. Bukan sekedar prestasi yang bermanfaat bagi dirinya saja tapi cakupannya luas, skala nasional dan internasional.
Sekilas beliau terlihat sebagai sosok ibu biasa saja, sederhana dalam segala hal. Bahkan jika kulihat fotonya di google, tidak terlihat seperti sosialita dan ibu pejabat pada umumnya, jauh dari kemewahan. Beliau adalah Almarhumah Bu Yoyoh Yusroh.
Mari kita ulas sedikit, seproduktif apa hari-hari yang pernah beliau lalui.
1. Fisik yang bugar
Beliau memiliki 13 anak. Ini mah sosok emak-emak produktif banget. Bagiku yang termasuk kaum rebahan, mengandung dan melahirkan cukup melelahkan, mengurus anak dua pun udah kerepotan. Sedangkan, beliau? Masyaallah. Bahkan dalam salah satu buku memorialnya, setiap anaknya memiliki momen khusus yang so sweet dengan beliau. Jangan salah, anak-anak beliau tumbuh menjadi anak-anak yang berprestasi, baik akademik maupun dalam bidang agama.
Usut punya usut beliau memang selalu disiplin terutama dalam menjaga asupan makanan ke dalam tububnya. Beliau menjauhi makanan pedas dan bermicin, dengan tujuan supaya memiliki rahim yang kuat dan sehat ketika melahirkan. Madu dan habbatussaudah merupakan dua makanan yang menjadi andalan beliau. “Rahim adalah senjata yang dimiliki oleh perempuan, maka jagalah.”
 2.  Rohani yang jernih
Paginya selalu dimulai dengan rentetan amalan bergizi bagi ruhiyahnya, disela-sela kesibukannya mengurus 13 anak dan menjadi anggota DPR RI di Komisi I, beliau selalu mengutamakan untuk tahajud, shalat dhuha, puasa sunnah, menambah dan mengulang hafalan bahkan tilawah 2-3 juz selalu beliau tuntaskan dalam sehari. Masyaallah.
3. Pikiran yang cemerlang
Dalam dunia legislatif, beliau bekerja tanpa henti demi bangsa Indonesia. Salah satu jasa beliau bagi kita adalah disahkannya UU Pornografi dan pornoaksi. Bagi beliau memisahkan perempuan memisahkan perempuan dari politik, sama saja dengan memisahkan masyarakat dari lingkungannya.
 4.  Kepedulian yang luas
Selain dalam bidang politik, beliau juga aktif dalam bidang sosial dan HAM serta kemasyarakatan. Kiprah beliau dalam bidang kemasyarakatan berhasil mengantarkannya mendapatkan penghargaan sebagai Mubaligh Nasional tahun 2001. Beliau aktif menjadi anggota Internasional Muslim Women Union (IMWU) sebagai salah satu wadah perjuangan bagi muslimah sedunia. Kampanye yang sering beliau gaungkan adalah tentang pembebasan Palestina. Kita patut bangga, karena beliau adalah salah perempuan Indonesia yang berhasil menbus blokade Israel untuk mengantarkan bantuan ke Gaza dalam misi Viva Palestina.
Ketika beliau pergi, bukan hanya kawan yang merasa kehilangan, bahkan juga lawannya dalam dunia politik. Bagi aku yang miskin ilmu, kadang produktifitas hanya akan aku akui jika sudah mendapatkan deretan penghargaan bagi diri sendiri. Menghasilkan karya ini dan itu untuk aku, karirku dan masa depanku. Hiks, sungguh egois. Padahal, sejatinya produktifitas itu akan lebih bermakna jika yang merasakan orang banyak. Dalam lingkup kecil, Bu Yoyoh mengajarkanku, bahwa produktifitas nyata seorang ibu adalah bukan sekedar mencetak anak-anak yang hebat dan berprestasi, tapi juga peduli akan lingkungannya dan memiliki visi untuk meneruskan estafet perjuangan untuk kesejahteraan bangsa ini.
Ditulis oleh: Herlin Herliansah
Tulisan ini diikutsertakan dalam blog challenge Indscript Writing ‘Perempuan Menulis Bahagia’

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.