Parenting

Jalan mendaki itu adalahan keluarga

 

 

By. Ida Nur Laila

 

Jika anda pernah mendaki gunung, pastinya merasakan suka dukanya. Rasa lelah, beban yang berat, terperosok, tertusuk duri, tergelincir, kedinginan, sesak nafas, teman yang butuh pertolongan, dan mungkin juga salah jalan. Mungkin juga bertemu binatang buas atau sekedar lintah yang menjijikkan. Semua itu seakan terbayar saat mencapai puncak dengan penuh kegembiraan menyaksikan sunrise dan pemandangan yang memanjakan mata.

 

 

Racikan pengalaman yang menjadi memori indah bahkan hingga bertahun kemudian. Setelahnya kita akan menceritakan dan mengenangnya, bahkan tentang segala penderitaan perjalanan, dengan sudut pandang kebanggaan dan kebahagiaan.

 

Berkeluarga, ibarat pergi mendaki, dengan tim bermula dua orang, suami istri.

 

Terkadang salah satu mengeluh, atau keduanya mengeluh. Terkadang capek, dan harus jeda sejenak mengambil nafas. Terkadang yang satu harus menahan diri, karena pasangannya berjalan sangat lambat dan meminta pengertian.

 

Kekurangan bekal, menghadapi cuaca ekstrim, panas terik menyengat, gerimis hingga hujan badai berhalilintar. Dan sakit yang mungkin menyerang.

 

Bertemu persimpangan kadang berselisih jalan mana yang akan dipilih. Ketika kabut datang seakan gelap semua arah tak tahu hendak kemana. Hanya bisa bergandengan tangan dan meraba langkah dengan mata kaki.

 

Terkadang ada banyak godaan di jalan, bebungaan yang indah, buah-buahan atau ranting berserak. Ketika ingin memunguti bisa jadi menghambat perjalanan. Atau sibuk mengumpulkan renik-renik dan enggan melanjutkan ke puncak lantaran beratnya bawaan suvenir perjalanan.

 

Berapa banyak pendaki yang menghabiskan energi dengan mengeluh sepanjang jalan, atau ramai bertengkar tentang arah perjalanan. Beberapa ada yang terperosok atau terjungkal dalam jurang yang dalam. Ada yang selamat dan bisa kembali, ada yang hilang tak tentu rimbanya.

 

Berkeluarga, adalah pengalaman mendaki dengan semua tantangan dan resikonya. Semakin tinggi gunung yang ingin ditaklukkan, semakin butuh persiapan mental, pemahaman medan dan kelapangan dada bekerjasama dengan team.

 

Perbekalan seorang pendaki tidaklah harus banyak, namun penting membawa barang-barang vital sesuai kebutuhan. Kompas, peta, bekal makanan, minuman, obat-obatan dan sekedar alas tidur. Jaket dan kaus kaki pengusir dingin, mantol hujan, Â tongkat dan tali mungkin bagian yang akan diperlukan.

 

Saya hanya pendaki amatiran yang penah sesekali menjelajah gunung. Namun cukuplah kiranya menjadi pengalaman membayangkan sulit dan terjalnya medan dan dinamika pendakian. Menghadapi situasi yang mungkin tidak diperkirakan.

 

Berkeluarga adalah pengalaman yang diinginkan semua orang. Namun apakah telah mempersiapkan tantangan pendakian? Atau mengira bisa duduk manis di mobil hingga tiba-tiba telah sampai di puncak?

 

Semua berpulang kepada setiap pasangan.

 

Kerja keras, kesetiaan dalam team, semua racikan rasa dan cuaca ekstrim adalah kemestian yang akan memperkaya jiwa. Jadi janganlah banyak mengeluh dan milikilah daya tahan, karena itulah yang akan melahirkan rasa bahagia.

 

Oke, keep move on dan nikmati saja semua prosesnya karena jalan mendaki itu adalah berkeluarga.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.