News

JAYAKAN INDONESIA DENGAN AL-QURAN

Andaikan penduduk suatu negeri beriman dan bertaqwa, maka pasti akan Kami buka pintu-pintu barakah dari langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan (ajaran-ajaran Allah), maka Kami azab mereka, karena perbuatan mereka sendiri” (QS Al A’raf:96).

Al-Quran Surat al-A’raf ayat 96 tersebut dengan sangat gamblang memberi kabar gembira, bahwa jika suatu bangsa mau mendapatkan kucuran rahmat dan dijauhkan dari berbagai musibah, maka iman dan taqwa harus dijadikan sebagai nilai tertinggi dalam kehidupan para pemimpin dan masyarakat.

Pemimpin dan masyarakat yang beriman dan bartaqwa pasti bekerja sekuat tenaga menjalankan amanah yang diembannya; mendahulukan kepentingan rakyat di atas kepentingan pribadi dan golongannya; bekerja keras untuk menjaga dan membina iman dan taqwa bangsanya; bukan sekedar berkutat pada urusan dunia semata; tetapi bekerja keras mencukupi kebutuhan-kebutuhan dasar rakyatnya; takut azab Allah di dunia dan akhirat; takut mengambil hak rakyat; dan menangis jika rakyat susah dan sengsara.

Pemimpin yang bertaqwa dan cinta al-Quran, pasti punya rasa malu kepada Allah. Pemimpin yang taqwa takkan meninggalkan shalat lima waktu. Pemimpin taqwa pun cinta bangsa karena Tuhannya. Ia sadar, negeri ini adalah amanah Tuhan Yang Maha Esa. Pemimpin taqwa tak akan menghamburkan uang negara untuk pesta pora tiada guna.

Disamping peduli dengan urusan sandang, papan, dan pangan, pemimpin yang beriman dan bertaqwa pasti sangat peduli kepada keimanan rakyatnya. Pemimpin taqwa itu pasti mengajak rakyatnya untuk menyembah Allah SWT. Ia akan sangat peduli, apakah rakyaknya lebih suka beribadah atau hobi bermaksiat; ia pun berusaha keras untuk mencegah dan menutup pintu-pintu zina.

*****

Indonesia, negeri kita, kini merupakan negeri Muslim terbesar di dunia. Dulunya, negeri-negeri di wilayah Nusantara ini 100% Hindu, Budha, Animis, dan sebagainya. Lalu, datanglah para pejuang Islam yang hebat dari berbagai negeri muslim. Mereka bekerja keras, secara sungguh-sungguh dan terencana untuk meng-Islamkan negeri ini. Mereka rela meninggakan negeri dan keluarga mereka dengan tujuan mulia, menyebarkan Islam ke seluruh pelosok dunia, sebagaimana diamanahkan oleh Rasulullah saw.

Dengan rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, maka negeri ini menjadi hampir 100% muslim; bahkan disebut sebagai negeri Muslim terbesar di dunia. Ini sebuah prestasi dakwah yang amat sangat luar biasa. Secara pelan dan teratur, proses Islamisasi pun terus berjalan, dengan segala hambatan dan tantangannya. Para pejuang Islam itu terus berusaha meningkatkan kualitas keislaman masyarakat muslim Indonesia, setahap demi setahap. Dakwah tidak pernah berhenti. Laksana air, ia terus mengalir, mencari tempat-tempat yang bisa diairi arusnya.

Lalu, datanglah penjajah kuffar. Misi mereka pun jelas: gold, gospel, glory. Mereka merampok kekayaan alam negeri ini; berusaha memurtadkan kaum Muslim. Indonesia dianggap sebagai negeri yang siap menerima misi Injil. Dengan segala kekuatan dan cara, proses pengkristenan negeri ini dilakukan oleh para penjajah dan kaum misionaris, tanpa pernah berhenti.

KM Panikkar menulis dalam bukunya Asia and Western Dominance: “Yang mendorong bangsa Portugal (untuk menjajah di Asia adalah) strategi besar melawan kekuatan politik Islam, melakukan Kristenisasi, dan keinginan untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah.” Ketika berhasil menduduki Malaka, D’albuquerqe berpidato, “Tugas besar yang harus kita abdikan kepada Tuhan kita dalam mengusir orang-orang Moor (Muslim) dari negara ini dan memadamkan api Sekte Muhammad sehingga ia tidak muncul lagi sesudah ini…” (Prof. Bilveer Singh, Timor Timur, Indonesia dan Dunia, Mitos dan Kenyataan, (Jakarta: IPS, 1998)).

Adalah sesuatu yang juga luar biasa, berkat lindungan dan pertolongan Allah SWT, meskipun kuasa politik digenggam kaum kufar penjajah, selama ratusan tahun, mayoritas penduduk negeri ini masih tetap bertahan sebagai Muslim. Padahal, selama itu pula, proses Kristenisasi dan sekularisasi secara konsisten dipaksakan kepada kaum Muslim.

Strategi merusak pemikiran dan aqidah umat Islam, juga devide et impera – pecah belah dan adu domba — cukup sukses dalam melemahkan kekuatan internal umat Islam. Sudah menjadi sunnatullah, akan selalu terjadi benturan abadi antara perjuangan menegakkan misi kenabian (Tauhidullah) dengan para pendukung kemusyrikan, sehingga Rasulullah saw memerintahkan umatnya: Jaahidul musyrikiina bi-amwaalikum wa-anfusikum wa-alsinatikum! (Berjihadlah melawan orang-orang musyrik dengan hartamu, jiwamu dan dengan lidah-mu).

Alhamdulillah, usaha kemerdekaan untuk melepaskan diri dari penjajah kuffar berhasil. Kaum Muslimin mendukung sepenuhnya usaha kemerdekaan ini. Para ulama dan tokoh Islam melanjutkan perjuangan para ulama dan muballigh untuk menjadikan negeri ini sebagai negeri Muslim yang diridhoi Allah SWT, menjadi baldatun thayyibatun wa-rabbun ghafur.

Sebagai bagian kewajiban melakukan amar ma’ruf nahi munkar dan taushiyah sesama Muslim, maka kita perlu menggelorakan terus-menerus wacana pembangunan berbasis al-Quran. Wacana pembangunan sekuler yang hanya menekankan aspek materi dan duniawi, akan semakin menjauhkan bangsa muslim terbesar ini dari nilai-nilai dan ajaran Ilahi yang mengutamakan pembangunan iman dan taqwa.

Kita perlu mengoreksi konsep dan aplikasi pembangunan nasional yang terlalu dominan menekankan aspek dunia dan materi serta mengabaikan pembangunan jiwa manusia. Padahal, perintah Allah sangat jelas: “Sungguh beruntung manusia yang mensucikan jiwanya dan sungguh celaka, manusia yang mengotori jiwanya!” (QS 91:9-10).

Pembangunan jiwa berdasarkan iman dan taqwa inilah yang seharusnya menjadi program utama pembangunan manusia Indonesia, sehingga tidak menjadikan manusia Indonesia sebagai manusia yang serakah dan sombong, yang dengan beraninya menolak konsep-konsep kehidupan yang bersumberkan pada wahyu Allah SWT. Misi Ilahi inilah yang perlu digaungkan sekuat-kuatnya oleh kaum muslimin.

Karena itu, dengan niat beribadah karena Allah, dalam rangka kecintaan kita kepada negeri amanah Allah ini, agar tidak mendapatkan murka dan azab dari Allah SWT — karena mengingkari asas iman dan taqwa – maka tidak berlebihan kiranya jika kita berusaha sekuat tenaga untuk meneguhkan komitmen kita bersama, melanjutkan amanah perjuangan menegakkan misi kenabian; berusaha menyadarkan diri, keluarga, dan bangsa kita agar bersedia hidup DI BAWAH NAUNGAN AL-QURAN; menjunjung tinggi prinsip iman dan taqwa dalam kehidupan pribadi, masyarakat, berbangsa dan bernegara.

Alhamdulillah, kini, gerakan baca tulis dan menghafal al-Quran, semakin menjamur di Indonesia. InsyaAllah, berikutnya, akan semakin marak pula, para pemimpin dan masyarakat kita yang mencintai al-Quran dan menjadikan al-Quran sebagai pedoman dan panduan kehidupan. Termasuk dalam menyusun dan menjalankan roda pembangunan negeri kita. Aamiin…

Ditulis oleh : Ust. Adian Husaini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *