News

Kekuatan Puasa Sunnah

PUASA dalam terminologi Islam adalah imsak (menahan). Dan konon inti dari kehidupan ini juga Imsak. Bukti sudah banyak ketika kita tidak dapat menahan, akibatnya akan membabi buta, menabrak akidah, mengabaikan aturan. Rakus, tamak dan mementingkan dirinya sendiri. Dan puasa menjadi tameng-nya (Shaumu Junnah). Puasa menjadikan kita sadar diri, bahkan kebutuhan fisik dalam hidup ini ternyata tidak banyak. Justru amal sholeh menjadi bekal abadi yang kita persembahkan di hadapan Illahi Rabbi.

Puasa menurut hukumnya ada tiga. Wajib, sunah dan haram. Namun dalam tulisan ini lebih kita batasi puasa sunah saja. Biar tidak terlalu melebar. Puasa sunah adalah puasa yang jika kita dapat mengerjakannya dengan ikhlas, maka akan mendapatkan pahala, namun jika kita meninggalkannya tidak berdosa. Di antara puasa sunah itu adalah puasa Senin Kamis, puasa tiga hari tengah bulan di bulan Qamariah, puasa Daud (sehari puasa sehari tidak, iktiba’ Nabi Daud As). Kalau yang wajib adalah puasa Ramadhan dan Kifarat.

Puasa sunah secara psikologi sosial memang lebih berat, dibanding dengan puasa wajib. Alasannya sederhana, disaat lingkungan dan situasi yang tidak mendukung, kita harus menahan lapar, dahaga dan menahan lainnya. Meski kalau sudah menjadi habbit/kebiasaan lingkungan bukan menjadi penghalang, namun sebaliknya dapat diubah menjadi tantangan. Puasa sunnah akan menjadi pelengkap ketika puasa wajib kita ada yang kurang. Maka sudah sepantasnya jangan diremehkan.

Perihal pahala puasa ternyata juga istimewa.

Bersandar kepada hadits Riwayat Muslim No.1151, bahwasanya setiap amalan kebaikan yang dilakukanoleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Kecuali puasa, “Amalan Puasa adalah untuk-Ku, aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi mereka yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan, yang pertama saat berbuka dan yang kedua adalah saat berjumpa dengan Rabb-nya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah dari pada minyak kasturi,”. Hal ini juga diperkuat oleh Hadits Riwayat Bukhari No.1904 yang intinya sama, bahwa ibadah puasa adalah untuk Allah Swt.

Hikmah Puasa Sunnah:

Jika masih berat untuk mengamalkan semua puasa sunah, maka ada anjuran untuk memilih salah satu, kemudian istiqamah. Ajeg. Misal memilih puasa Senin-Kamis.

Beberapa hikmah dan faedah yang dapat kita peroleh dengan puasa sunah ini : (1). Beramal pada waktu utama, yakni ketika catatan amal dihadapkan kepada Allah swt. (2). Kemaslahatan untuk badan, dikarenakan ada waktu istirahat setiap pekannya.

Adapun tata caranya sama dengan puasa wajib, yaitu dengan mengakhirkan makan sahur dan mensegerakan buka puasa. Sedangkan untuk masalah niat, cukup dalam hati saja. Namun yang tidak kalah pentingnya dari semua itu adalah keberanian dan kekuatan untuk senantiasa menjaga keikhlasan dan keajegan. Kita ingat amalan yang kita lakukan bukan karena-Nya adalah sia-sia. Mungkin dimata orang lain, kita akan dicap orang yang sholeh, namun karena tidak ikhlas, maka dihadapan Allah kita tidak mendapatkan apa-apa, kecuali pujian dari orang lain saja. Dan itu tidak ada artinya dihadapan-Nya. Aisyah pernah berkata, : Amalan yang paling dicintai oleh Allah Taala adalah amalan yang kontinyu walaupun sedikit.

Ada fenomena bagus di kalangan kampus, yang mulai menggeliat untuk menjalankan ibadah sunah ini menjadi agenda rutin, seminggu dua kali. Maka harus didorong untuk tetap konsisten.

Hikmah yang jarang diangkat adalah korelasi antara puasa sunah dengan kesehatan. Padahal dalam prakteknya membuktikan bahwa puasa memang menyehatkan. (Shaumu tashihuu). Karena konon sumber dari penyakit adalah makanan yang masuk dalam perut ini. Maka rasionya kalau masuk-nya bermasalah, berupa makanan yang berlebihan, berlemak maka yang dikeluarkan juga akan bermasalah. Berlaku hukum garbage in, garbage out.

Semoga Allah memberikan kekuatan kepada kita untuk dapat mengambil dan menjalankan ibadah puasa sunah ini dengan penuh keikhlasan, jauhkan dari ria dan sombong atau ujub. Sebab kalau itu menghinggapi kita maka yang terjadi adalah kontra produktif.

Ditulis oleh : Hari Ashari

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *