“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum kaum itu sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka” (QS. Ar-Ra’d [13]: 11).
Apa yang paling diinginkan manusia? tanyakan pertanyaan ini pada banyak orang, dan kita akan mendapat jawaban yang beragam.
Namun seberagam apapun jawabannya, ada keseragaman di sana : ‘Manusia menginginkan perubahan’ Perubahan ke arah yang lebih baik tentunya.
Contoh: ingin penghasilan yang lebih banyak, ingin masalah dengan pasangan selesai, ingin terkenal, ingin punya rumah yg lebih bagus, dan sebagainya.
Saat ada aspek dalam hidup yang tidak puas dengan nya atau tidak menyukainya, kita cenderung terdorong untuk mengubahnya. Namun menariknya, ketika orang ingin mengubah kehidupannya sebagian besar hanya berpikir untuk mengubah sesuatu di luar dirinya, mengubah lingkungannya.
Misal: Konflik dengan pasangan, lalu berkeinginan untuk menggantinya. Lelah dengan bisnis karena ga sukses, lalu berkeinginan untuk ganti bisnis baru.
Padahal, tidak semua hal bisa selesai dengan mengubah lingkungan di luar diri kita. Maka, adakalanya mengubah lingkungan diluar diri kita tidaklah cukup, kita juga perlu mengubah diri kita.
Ada 3 level perubahan menurut Peter Wrycza dan Gregory bateson:
1. Level 1: Change
Change adalah perubahan di level perilaku. Bagaimana kita merespon lingkungan dan situasi di luar diri kita. Perubahan di level ini tampak mudah. Kita hanya cukup meniru tampilan luar. Misal kita bisa berpakaian layaknya ustadz/ustadzah, jilbab dalam, jenggot panjang. Tapi saat kita diminta untuk menampilkan “isi” akan kesulitan. Karena kita hanya mengubah bagian luarnya saja.
2. Level 2: Learn
Perubahan lingkungan, memaksa kita untuk belajar hal baru. Misal karena kita udah berpakaian layaknya ustadz/ustadzah, saat kita diminta untuk ceramah mau tidak mau kita jadi belajar.
Learn terjadi bila kita belajar kemampuan baru, entah berupa pengetahuan atau skill. Di level ini kita melakukannya bukan lagi seperti robot, tapi karena kesadaran.
3. Level 3: Grow
Ada kalanya kita sudah mampu dan yakin, namun kita masih saja tidak efektif dalam melakukan perubahan.
Perubahan di level ini, kita sudah mengubah alasan terdalam kita: visi, misi dan niat tertinggi kita. Saat kita mengalami pencerahan tentang alasan keberadaan kita di bumi ini, maka segala sesuatu tentang kita akan berubah. Kita jadi punya ruh atas apa yg kita kerjakan saat ini. Semua aktivitas kita menjadi lebih bermakna.
Setelah kita kemarin membahas tentang level perubahan, kita akan bahas bagaimana caranya meningkatan kualitas diri.
Ada lima kwalitas yang perlu kita latih. Tapi hari ini saya akan tuliskan satu diantaranya.
GROWT
Growt artinya kwalitas diri terlihat dari saat kita berfokus pada pertumbuhan, bukan kesempurnaan. Tercapainya tujuan bukanlah akhir, tapi kita menikmati proses belajar dan bertumbuh menuju potensi terbaik diri kita.
Potensi itu sama seperti biji-biji yang ada di dalam diri kita, dia butuh tanah agar biji tersebut bisa tumbuh dengan subur. Kita butuh merawatnya dengan rajin menyiram dan menjaga dari hama, agar bisa menghasilkan buah.
Saat kita fokus pada pertumbuhan diri kita, sebenarnya kita sedang dalam rangka mengaktualisasikan potensi diri. Aktualisasi potensi ini juga dalam rangka merealisasikan visi dan misi yang kita tetapkan dalam hidup ini.
Menurut Hall ada dua elemen yang mempengaruhi aktualisasi potensi diri seseorang:
1. Meaning (makna, visi, misi, nilai, mimpi) segala idealisme yang ingin diwujudkan.
2. Performance (kinerja) aksi, kerja, nyata, apa yang benar-benar dikerjakan dan diwujudkan.
Dilihat dari dua elemen ini orang dapat dibagi kedalam empat kuadran:
1. Undeveloped: mereka yang belum terbangun. Kelompok ini tidak punya mimpi, tidak punya kerja nyata juga.
2. Performers: para pekerja keras. Mereka bekerja keras secara nyata namun kering karena merasa pekerjaan yang dilakukan tidak bermakna.
3. Dreamers: Para pemimpi. mereka punya mimpi besar, idealisme tinggi, namun realisasinya nol besar. Mereka hanya omong kosong dengan ide-idenya.
4. Self actualization: mereka yang berhasil mengaktualisasikan dirinya. Mereka bisa menyeimbangkan antara idealismenya (visi, misi, nilai) dengan kerja nyata. Mereka menyadari potensinya dan melatihnya. Mereka punya self ideal dan berusaha mendekatkan self idealnya ke self real. Ini adalah wujud pertumbuhan diri yang optimal.
Semoga bermanfaat.
Sumber bacaan: Self Coaching
Ditulis oleh : Darmawan Aji dan Nuraynun
Semoga bermanfaat..