Oleh : Ustadz Eki Firdaus
Di zaman modern penuh dengan aneka gadget sekarang, Family time menjadi hal yang kurang diperhatikan. Bahkan ironisnya, ketika berkumpul dengan keluarga malah disibukkan dengan gadget masing masing.
Gadget itu menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh.
Bukan berarti kita antipati terhadap kemajuan teknologi, sekali lagi tidak. Akan tetapi, gunakanlah teknologi itu pada tempatnya. Janganlah kita diperbudak oleh teknologi, justru kitalah yang seharusnya memanfaatkan kemajuan teknologi untuk kepentingan pekerjaan dan dakwah.
Seringkali pula, karena faktor mengejar gaya hidup, seseorang bekerja terus menerus dari pagi sampai pagi lagi. Tanpa memperhitungkan kesehatan diri dan memperhatikan keharmonisan keluarga.
Sesungguhnya harta kita cukup untuk hidup, tapi tidak akan cukup untuk gaya hidup.
Sekali lagi, kita membahas Family time.
Mari rancang waktu yang berkualitas dalam keluarga. Seorang suami sebagai kepala rumah tangga memimpin diskusi dalam keluarga. Tentunya, yang harus dipelajari awal adalah bersama-sama belajar Al Qur’an, agar hidup kita terarah sesuai petunjuk Allah.
Lalu kemudian?
Tentukan topik yang menarik dalam diskusi itu, bisa tentang dakwah, bisnis atau sekolah atau berita terkini.
Seorang Ayah dan Ibu yang baik tentunya wajib mengetahui aktivitas anak-anaknya. Siapa teman dekatnya, apa saja aktivitas harian anak kita, sampai persoalan masalah yang dihadapi.
Jangan sampai anak kita memendam hal yang ingin dia utarakan kepada ayah ibunya, tapi berhubung ayah ibunya tidak menanggapi sesuai dengan kapasitas umurnya, maka anak itu mencari pelarian diri. Dia curhat kepada teman-temannya atau malah curhat ke medsos.
“Anakku, kau jangan berteman dengan tiga orang. Orang yang durhaka kepada kedua orangtuanya, sebab dia telah dilaknat oleh Allah. Orang jahat, sebab kejahatannya akan menular ke dalam dirimu. Dan pembohong, sebab kebohongannya dapat mendekatkan segala yang jauh, dan menjauhkan semua yang dekat.”
( Ja’far Ash Shadiq ).
Ya, jika teman-temannya itu teman yang baik yang dapat memberikan solusi kehidupan. Namun, jika temannya malah menjerumuskan pada sesuatu yang batil dalam agama. Maka, merugilah dia.
Jadi, kuncinya adalah kedekatan antara orang tua dengan anak. Hubungan yang baik ini akan menjadikan seorang anak nyaman untuk berdiskusi dengan orang tua.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mencontohkan kepada kita, betapa beliau amat sayang terhadap anak-anak dan istri-istrinya. Sayang itu dibuktikan dengan perhatian.
Begitu pula istri kita, mari kita dengarkan dia. Wanita itu hanya butuh tempat untuk meluapkan isi hatinya, mendengarkan cerita harinya, memberikan solusi segala permasalahannya.
Dengarkan istri kita, dengan ketulusan hati.
Istri telah mendampingi kita dengan sepenuh hati, menemani hari-hari penuh perjuangan. Sejak merintis awal pernikahan hingga saat ini. Dalam suka dan duka. Dalam bahagia dan menghadapi segala persoalan. Istri kita juga telah merawat anak-anak kita dengan penuh kasih sayang, merelakan waktunya untuk suami dan anak-anaknya, mengurusi pernak-pernik urusan rumah tanpa merasa lelah. 24 jam “bekerja” setiap hari di rumah.
Maka, dengarkanlah ia
Jadwalkan waktu berbicara 4 mata dengan istri setiap hari.
Dalam satu bulan, jadwalkan rutin untuk keluar bersama istri dan anak-anak. Entah itu sekedar jalan-jalan melepas penat, maupun menghadiri ceramah agama.
Rasakanlah kebahagiaan yang memancar di kedua matanya.
Inilah rahasia membina rumah tangga bahagia.
Kami tutup bab ini dengan do’a yang amat indah dalam surah Al Furqon ayat 74
رَبَّنَا هَبۡ لَنَا مِنۡ أَزۡوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعۡيُنٖ وَٱجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِينَ إِمَامًا ٧٤
“Wahai Rabb kami, karuniakanlah pada kami istri-istri dan anak-anak yang menjadi qurrota’ayun (penyejuk mata dan hati) bagi kami. Dan jadikanlah kami menjadi imam bagi orang-orang bertaqwa.”
———————————————-