Parenting

Cara Menanamkan Keimanan Di Hati Anak-anak Kita

Cara menanamkan keimanan di hati anak-anak kita

1. Membangun imagi positif

 

Allah itu hebat

Rasulullah itu keren

Islam itu indah

 

2. Membangun atmosfer kesalihan

 

💠 Cinta sebelum Islam

 

Buat anak kita jatuh cinta pada kekuasaan Allah SWT

 

💠 Iman sebelum amal

 

Sudah kokohkan bangunan keimanan di hati anak kita sebelum kita menuntut mereka beramal?!?!

 

💠 Motivasi intrinsik vs motivasi ekstrinsik

 

Memberi hadiah itu motivasi ekstrinsik, dan diperbolehkan. Tapi jika kita hanya mengandalkan hadiah, dikhawatirkan anak kita menjadi pribadi yang transaksional, yang setiap kali diminta melakukan sesuatu, selalu bertanya “Nanti aku dapat hadiah apa?”

 

Jadi jangan lupa bangun motivasi intrinsik juga dalam diri anak kita.

 

3. Keteladanan

 

Penting sekali orang tua memberikan keteladanan kepada anak terutama di usia 0-15 tahun.

 

Selain keteladanan orang tua, kita juga bisa memberikan keteladanan dengan berkisah. Tahukah, bunda, ada bagian otak yang berperan penting dalam membangun persepsi, emosi, pengalaman belajar, serta sensasi menyenangkan atau tidak menyenangkan dari apa yang kita katakan dan kita lakukan, namanya _lobus insula_. Cara yang efektif menyentuh lobus insula adalah dengan berkisah.

 

 

Seringkali kita melihat tingkah polah anak sangat menyenangkan dan membahagiakan, bahkan kelihatan kecerdikannya sejak kecil. Namun sering juga kita mendapatkan anak yang pandai dalam bersilat lidah untuk menutupi kesalahannya dan tidak mau mengakui kesalahan malah menimpakan kesalahnnya pada orang lain.

 

Pada kondisi seperti ini terkadang orang tua menanggapi sebagai suatu kelucuan karena anak pintar berkelit, kelihatan cerdas dan tidak mau kalah. Ini memang naluriyyah karena manusia itu sangat sulit mengakui kesalahan dan keberatan disalahkan walaupun dia salah.

 

Kondisi seperti ini memang tidak boleh berkembang karena merusak pola berpikir anak dan merusak jiwa kepemimpinan. Anak usia dini belum memahami mana yang benar mana yang salah kecuali dia diberikan informasi kebenaran dan kesalahan di atas aqidah islam yang kokoh. Sehingga anak terbiasa untuk menuntun berpikirnya secara benar dan landasan aqidah yang dia miliki mendorong dia untuk senantiasa berkata jujur kelak ketika dia sudah dewasa walau dia dalam posisi berbuat kesalahan.

 

Oleh karena itu perlu membangun berpikir benar ini dalam panggung pembelajaran bersama anak. Menghadirkan 4 unsur berpikir, yaitu melihat fakta secara menyeluruh dan benar, menghindari kesalahan indera dalam mengihsas fakta dan harus dipastikan akurasinya, lalu mengolahnya di dalam otak yang disertai informasi-informasi yang benar yang terkait dengan fakta tersebut. Sehingga mendapatkan kesimpulan yang benar. Berikutnya meletakkan poin-poin penting landasan aqidah seperti Allah maha melihat, Allah Maha Tahu, Allah tidak pernah tidur dan sebagainya, agar tertanam dalam dirinya senantiasa ada pengawasan Allah dalam setiap amalnya.

 

Inilah yang mendorong ananda untuk senantiasa berkata jujur, walau dia melakukan kesalahan, anak akan mengakui dan segera meminta maaf atas kekeliruan yang dia buat.

 

Saat anak berkata jujur dan kita ketahui itu sebuah kesalahan, bijaklah menyikapi dan mintalah seluruh informasi kronologi kejadiannya, jangan segera memarahi. Memarahi akan membuat anak menutup diri untuk menceritakan. Anak yang baik biasanya tidak dalam kesengajaan untuk berbuat salah, namun karena dirinya yang labil kesalahan-kesalahan itu sering terjadi maka disinilah pentingnya keterbukaan dan ibu selalu siap sedia membantu anak untuk lebih dewasa bersikap dan menuntunnya tidak lagi berbuat kesalahan yang sama.

 

Ada satu kisah seorang anak usia 14 tahun ketika dia berbuat suatu kesalahan, menurut dia kesalahan itulah yang terbesar yang pernah dia lakukan karena dia sudah merasa tidak sopan terhadap guru. Karena saking merasa bersalah diapun bercerita kepada bundanya.

 

“Bunda, aku sudah berbuat kesalahan, tidak berlaku sopan terhadap guru, pesan bunda sudah aku langgar, maafkan aku ya, kemungkinan aku akan dikeluarkan dari sekolah. Bunda jangan marah ya, aku sudah jujur pastinya aku tetap dapat pahala, sebab orang jujur walau dia salah tetap di surga”

 

Teringat sebuah hadist:

 

عَنْ اَبــِى بَكْرٍ الصِّدِّيـْقِ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: عَلَـيْكُمْ بِـالصِّدْقِ، فَاِنــَّهُ مَعَ اْلبِرِّ وَ هُمَا فِى اْلجَنَّةِ. وَ اِيـَّاكُمْ وَ اْلكَذِبَ، فَاِنــَّهُ مَعَ اْلفُجُوْرِ وَ هُمَا فِى النـَّارِ. ابن حبان فى صحيحه

 

Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq RA ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda: “Wajib atasmu berlaku jujur, karena jujur itu bersama kebaikan, dan keduanya di surga. Dan jauhkanlah dirimu dari dusta, karena dusta itu bersama kedurhakaan, dan keduanya di neraka”. [HR. Ibnu Hibban di dalam Shahihnya]

 

Mendengar pengakuannya tersebut, bundanya hanya berlapang dada dan mendengarkan dengan sabar kronologinya. Setelah mendengarkan kejujuran ceritanya, lalu berdoa, “Ya Allah semoga guru tersebut meluaskan dan melapangkan hatinya untuk memaafkan ananda”. Wallaahu a’lam bishshowab

===

 

Sudahkah kita menyempatkan berkisah kepada anak-anak kita setiap hari??? 🥺

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.