Tahun ini ketika kita memperingati Hari Keluarga Nasional yang Ke 27 pada tanggal 29 Juni 2020 bertepatan dengan masa pandemi covid-19. Kita dihadapkan pada tantangan yang luar biasa, yaitu meningkatnya angka perceraian di beberapa daerah selama pandemi. Di kota Bogor, pada pertengahan Juni 2020 berkas laporan perceraian melonjak tajam, bisa sampai 100 berkas laporan setiap hari (pikiran-rakyat.com, 29 Juni 2020). Di Semarang, perceraian naik drastis, menjadi 3 kali lipat selama wabah corona (cnnindonesia.com, 24 Juni 2020). Demikian juga dilaporkan di daerah-daerah lain, seperti Cianjur, Aceh, Purwakarta.
Pandemi benar-benar memberi ujian pada keluarga karena seluruh anggota keluarga “dipaksa” bersama-sama untuk jangka waktu yang lama karena suami – istri harus work from home dan anak-anak juga “belajar di rumah”. Sehingga hal-hal yang tadinya terabaikan menjadi perhatian besar oleh masing-masing anggota keluarga, belum lagi dampak ekonomi akibat kepala keluarga di PHK.
John DeFrain, Ph.D seorang Profesor pada Department of Child, Youth and Family Studies, College of Education and Human Sciences, University of Nebraska-Lincoln, USA telah melakukan penelitian tentang Ketahanan Keluarga pada berbagai Keluarga di Penjuru Dunia. Beliau menyimpulkan bahwa Keluarga yang Kuat memiliki 6 kualitas utama yang menjadi kunci khususnya di masa pandemi, yaitu :
1. Saling menghargai dan menyayangi
Setiap anggota keluarga peduli satu sama lain, menghargai perbedaan, hangat, tidak kaku dan ada rasa humor. Ketika kita terpaksa “terjebak” dan harus bersama-sama, namun jika suasananya hangat, penuh kasih sayang dan saling peduli maka hal ini akan menyenangkan, bukan menyiksa.
2. Komunikasi yang positif
Bisa dalam bentuk saling memberikan pujian , berbagi perasaan (sedih, bahagia, kecewa, marah, dll), jangan saling menyalahkan, bersedia berkompromi terhadap perbedaan, dalam beberapa hal sepakat untuk tidak sepakat
3. Komitmen pada Keluarga
Pada saat pandemi, komitmen pada keluarga benar-benar diuji. Seringnya terjadi perbedaan pendapat, pertengkaran, tekanan ekonomi akan membuat orang menjadi tidak tahan dan memilih untuk bercerai. Hanya mereka yang berkomitmen dengan tujuan perkawinan dan berkeluarga yang mampu bertahan. Harus saling percaya, jujur, setia, dan saling bergantung.
4. Menikmati Kebersamaan
Selama di rumah, nikmati momen bersama pasangan maupun bersama anak-anak, seperti : masak bersama, olahraga bersama, dan aktivitas-aktivitas seru lainnya yang sebelumnya jarang dilakukan bersama. Singkirkan sejenak gadget yang membuat manusia menjadi teralienasi, masih satu rumah namun terasing di kamar sibuk dengan gadgetnya masing-masing.
5. Spiritualitas dan Norma Bersama
Ketika kita berada dalam situasi yang tak pasti seperti masa pandemic ini, maka kita butuh bergantung pada Yang Maha (Tuhan, Allah). Ada harapan dan keyakinan yang kita gantungkan kepada Nya.
6. Kemampuan untuk mengatasi stress/krisis secara efektif
Dalam menghadapi pandemic ini, maka siapa yang mampu beradaptasi yang akan bertahan. Berusaha melihat krisis ini sebagai tantangan dan peluang, dan membuka diri untuk perubahan.
Dipersembahkan oleh Rumah Keluarga Indonesia, Pekanbaru dan ditulis oleh Hj. Aida Malikha, S. Psi., M.Si., Psikolog